Gubernur The Fed Jerome Powell: Bitcoin Lebih Merupakan Aset untuk Spekulasi
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Selasa, 23 Maret 2021 09:26 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell menegaskan cryptocurrency atau mata uang kripto seperti Bitcoin tidak dapat berfungsi sebagai pengganti yang efektif untuk dolar AS.
"Aset kripto sangat mudah berubah, lihat Bitcoin, dan karena itu tidak benar-benar berguna sebagai penyimpan nilai," kata Powell dalam telekonferensi yang diselenggarakan oleh Bank of International Settlements, Senin, 22 Maret 2021, seperti dikutip dari MarketWatch.
Powell juga menegaskan bahwa aset kripto seperi Bitcoin hanya merupakan alat spekulasi. "Mereka tidak didukung oleh apa pun. Mereka lebih merupakan aset untuk spekulasi."
Bitcoin turun sedikit sepanjang hari setelah pernyataan Powell. Mata uang kripto ini diperdagangkan tepat di atas US$ 57.000 pada siang hari waktu AS, atau naik sekitar 98 persen (year-to-date/ytd).
Sepanjang setahun terakhir, Bitcoin melejit setelah sejumlah perusahaan besar menggunakannya sebagai alat tukar. Perusahaan termasuk Tesla, MicroStrategy, dan Square semuanya telah berinvestasi dalam bentuk mata uang kripto.
Tak hanya itu, para pemain di sektor keuangan mulai terbiasa menggunakan cryptocurrency sebagai aset alternatif. Perkembangan positif tersebut membantu lonjakan Bitcoin setinggi US$ 61.742 awal bulan ini karena lebih banyak investor mencari untung dari popularitas token yang semakin meningkat.
<!--more-->
Lebih jauh Powell mengaku ragu akan cryptocurrency dan kasus penggunaannya. Token itu mungkin pengganti emas, tetapi perubahan harga yang liar membuatnya tidak layak untuk menggantikan dolar.
Walaupun mata uang kripto tidak mungkin didukung The Fed, bank sentral telah mempertimbangkan untuk membuat mata uang digitalnya sendiri. The Fed bermitra dengan peneliti MIT pada bulan Agustus untuk membangun dan menguji mata uang digital bank sentral.
Meski begitu, Powell menegaskan bahwa, meskipun bank masih mempelajari potensi dolar digital, pemeriksaan serius diperlukan sebelum mata uang semacam itu diterapkan. "Untuk bergerak maju dalam hal ini, kami membutuhkan dukungan dari Kongres, dari administrasi, dari elemen masyarakat luas, dan kami belum benar-benar memulai pekerjaan keterlibatan publik itu," katanya, dikutip dari Business Insider.
Harga Bitcoin pada awal pekan lalu turun meninggalkan rekor tertingginya. Per hari Senin, 15 Maret 2021, Bitcoin berada di sekitar level US$ 60.000 atau sekitar Rp 864,3 juta (asumsi kurs Rp 14.404 per dolar AS).
Mata uang digital terpopuler itu terpeleset menjadi US$ 58.957 atau sekitar Rp 849,3 juta di perdagangan Asia. Padahal pada Sabtu pekan lalu, Bitcoin menembus rekor US$ 61.782 atau sekitar Rp 889,9 juta.
BISNIS
Baca: Bitcoin Jatuh ke Rp 849,3 Juta Setelah Pekan Lalu Capai Rekor Tertinggi