Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono (tengah) meninjau dua armada Kapal Pengawas (KP) Hiu 16 dan Hiu 17 di Dermaga Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP), Batam, Kepulauan Riau, Selasa 9 Maret 2021. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menambah dua armada kapal pengawas perikanan tipe kapal cepat yang diproyeksikan untuk memperkuat pengawasan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 571-Selat Malaka dan 711-Laut Natuna Utara. ANTARA FOTO/Teguh Prihatna
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menemui nelayan pantura di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan Cirebon, Jawa Barat, hari ini, 14 Maret 2021. Dalam pertemuan tersebut, persoalan alat tangkap dan perbaikan infrastruktur pelabuhan guna mendorong produktivitas nelayan, menjadi pembahasan.
"Sekarang susah pak mencari ikan. Kami juga minta tolong alat tangkap berat perusak lingkungan ditertibkan pak," kata Karmanto nelayan dari Suranenggala kepada Menteri Trenggono dalam keterangan tertulis.
Alat tangkap garong dan pukat harimau yang menjadi keluhan nelayan tradisional di Cirebon. Keduanya dianggap tidak ramah lingkungan dan menyebabkan turunnya populasi ikan di perairan Cirebon.
Nelayan tradisional yang selama ini melaut sejauh 1 kilometer dari bibir pantai, akhirnya kesulitan mencari ikan yang berimbas pada minimnya penghasilan. Per hari nelayan tradisional mengaku mendapat Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu.
Trenggono menampung aspirasi yang disampaikan para nelayan. Dia mengatakan segera menindaklanjutinya dengan memanggil kelompok nelayan pengguna alat tangkap garong dan pukat harimau.
Menurutnya, persoalan ini harus segera diselesaikan karena bila dibiarkan dapat memicu konflik sosial antar nelayan di Cirebon. <!--more--> "Suara yang datang kami tampung dan segera ditindaklanjuti ya Pak Dirjen (Perikanan Tangkap)," ujarnya.
Nelayan tradisional tersebut juga meminta bantuan alat tangkap gillnet milenium dan kapal untuk dikelola oleh kelompok nelayan. Bantuan ini akan menunjang produktivitas nelayan dan penghasilan mereka bisa bertambah. Nelayan menyebut gillnet milenium ini ramah lingkungan karena mata jaringnya berukuran lebar mencapai 3 inchi.
Selain persoalan alat tangkap, keanggotaan asuransi nelayan turut menjadi pembahasan. Menteri Trenggono langsung mengupayakan solusi saat itu juga dengan meminta pihak Jasindo yang ikut dalam kunjungan kerja, bergerak cepat menemui nelayan.
Dalam pertemuan itu, Trenggono sekaligus menyerahkan bantuan paket sembako secara simbolis kepada nelayan tradisional di Cirebon. Jumlahnya ada 1.000 paket untuk membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga para nelayan.
Dia menuturkan PPN Kejawanan merupakan nadi perikanan tangkap di Cirebon. Dalam setahun, nilai produksi yang dihasilkan mencapai Rp 267 miliar.
Namun saat ini perlu adanya perbaikan infrastruktur untuk meningkatkan produktivitas yang sudah berjalan. Di antaranya, kata dia, perlunya pengerukan di alur lintasan kapal dan kolam pelabuhan sebagai solusi sedimentasi.
Kemudian, alur lintasan juga perlu diperpanjang untuk memperlancar keluar masuk kapal penangkap ikan ke pelabuhan. "Saya pasti dukung tapi harus bisa dibuktikan dengan produktivitas yang meningkat juga," kata Trenggono.