Harga Minyak Melejit ke USD 70,56 per Barel setelah OPEC+ Putuskan Batasi Suplai
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 8 Maret 2021 19:31 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah pada perdagangan hari ini, Senin, 8 Maret 2021 melejit ke level tertinggi selama dua tahun terakhir. Lonjakan harga minyak mentah itu seiring keputusan OPEC+ untuk tetap membatasi suplai komoditas emas hitam tersebut.
Data Bloomberg memperlihatkan harga minyak WTI kontrak April 2021 naik 1,62 persen atau 1,07 poin menjadi US$ 67,16 per barel. Sementara harga minyak Brent kontrak Mei 2020 meningkat 1,73 persen atau 1,2 poin menuju US$ 70,56 per barel.
Padahal pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak bulan April menguat 3,54 persen ke level US$ 66,09 per barel di New York Mercantile Exchange, level ini tertinggi sejak April 2019.
Di waktu yang sama, harga minyak Brent untuk kontrak Mei 2021 juga naik 3,93 persen ke level US$ 66,36 per barel di ICE Futures Europe. Minyak meroket setelah OPEC+ mengejutkan pasar dengan tetap membatasi pasokan seiring ekonomi global mulai pulih dari kemerosotan akibat pandemi.
Keputusan OPEC tersebut langsung berimbas pada harga minyak dunia. Bahkan sejumlah bank besar menaikkan proyeksi harga mereka.
<!--more-->
Goldman Sachs Group Inc., misalnya, menaikkan perkiraan harga Brent sebesar US$ 5 per barel dan memprediksi minyak mentah global bisa menyentuh US$ 80 pada kuartal III tahun 2021. Sementara Citigroup Inc. mengatakan minyak mentah bisa mencapai US$ 70 sebelum akhir bulan ini.
Adapun Australia & New Zealand Banking Group Ltd. menaikkan target tiga bulan menjadi US$ 70 per barel. JP Morgan meningkatkan proyeksi pergerakan harga untuk Brent yang semula diperkirakan naik US$ 2 menjadi US$ 3 per barel.
Analis JP Morgan Chase & Co Natasha Kaneva menilai pergerakan harga minyak saat ini merupakan level paling tinggi dari yang mereka ekspektasikan. “Secara keseluruhan, ini adalah hasil paling bullish yang kami harapkan,” tulisnya dalam laporan, seperti dikutip dari Bloomberg, Ahad, 7 Maret 2021.
Sementara itu, Analis Futures Capital Wahyu Laksono mengatakan kenaikan harga minyak sudah diprediksi sejak tahun lalu. Pasalnya, pemulihan ekonomi pasti akan memengaruhi permintaan akan minyak global. “Pada 2021 ini demand diperkirakan menguat signifikan, apalagi ketika program vaksin sudah mampu menekan kecemasan,” katanya ketika dihubungi.
BISNIS
Baca: Faisal Basri Dorong BBM Premium dan Pertalite Dihapus: Kuncinya di Pemerintah