Investasi Bitcoin Naik Daun, Ini Pendapat Fecebook, Elon Musk, hingga Bill Gates
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 26 Februari 2021 06:16 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Investasi mata uang kritpo (cryptocurrency) seperti Bitcoin tengah naik daun. Bahkan pada 22 Februari, harga Bitcoin sempat kembali memecahkan rekor tertinggi mencapai Rp 816 juta, atau melonjak 100 persen sepanjang tahun ini.
Tempo merangkum sejumlah pihak dan institusi yang sudah mulai terlibat atau memberikan pandangan dalam penggunaan Bitcoin yang diciptakan pada tahun 2008 ini. Berikut di antaranya:
1. Pemilik Dealer AS
Beberapa pemilik dealer mobil di Georgia, Amerika Serikat, diketahui sudah menerima bitcoin sebagai mata uang untuk menjual kendaraan sejak empat tahun lalu. Salah satunya yaitu pemilik bernama Christopher Basha.
Dia mulai menerima pembayaran bitcoin pada 2015, tetapi tidak ada pelanggan yang tertarik. “Saya hampir melupakannya,” katanya seperti dikutip Antara, Rabu, 10 Februari 2021.
Pada 2017, harga Bitcoin melonjak. Satu pelanggan, kata Basha, kemudian menggunakan mata uang kripto untuk membeli empat unit Kia dengan total lebih dari US$ 150 ribu. Praktik yang sama juga dilakukan beberapa dealer mobil di Amerika.
2. WhastApp, Facebook
Lalu pada 2019, platform blockchain Republik Zulu mengumumkan bahwa mereka telah meluncurkan bot khusus untuk pengguna WhatsApp. Tujuannya agar para pengguna WhatsApp bisa mengirim dan menerima mata uang seperti Bitcoin (BTC) dan Litecoin (LTC).
Di sisi lain, Facebook pun juga masih bersiap untuk meluncurkan mata uang kripto mereka sendiri, yaitu Libra. Ini adalah rencana peluncuran kedua karena adanya kekhawatiran sejumlah pihak di dunia bahwa mata uang kripto Facebook ini dapat mengganggu stabilitas keuangan global.
<!--more-->
3. Elon Musk, CEO Tesla Inc
CEO Tesla Inc. Elon Musk menjadi nama yang paling banyak disorot terkait investasi Bitcoin dalam beberapa hari terakhir. Elon berpendapat bahwa menyimpan aset dalam bentuk Bitcoin sedikit lebih baik ketimbang memegang uang konvensional atau tunai. Menurut dia, ketika alat pembayaran sah alias fiat memiliki bunga negatif, orang akan mencari kesempatan untuk berinvestasi di tempat lain.
“Namun, ketika mata uang fiat memiliki bunga negatif, hanya orang bodoh yang tidak akan mencari di tempat lain. Bitcoin hampir sama dengan uang fiat. Kata kuncinya adalah 'hampir',” ujar Elon Musk seperti dikutip dari Reuters, Jumat, 19 Februari 2021.
Pandangan ini disampaikan konglomerat asal Amerika Serikat tersebut setelah Tesla membeli aset mata uang kripto senilai US$ 1,5 miliar. Investasi Tesla diketahui dari laporan keterbukaan informasi perusahaan kepada otoritas pasar modal Amerika Serikat. Langkah ini menjadikan Tesla perusahaan terbesar yang mendukung aset mata uang kripto.
4. Bill Gates, Pendiri Microsoft
Aksi Elon Musk ini kemudian ikut memantik komentar dari pendiri Microsoft Bill Gates. Orang terkaya ketiga di dunia ini punya pesan khusus bagi banyak orang yang tergiur berinvestasi aset kripto tersebut. Ia menyatakan menilai mata uang digital tersebut tak harus dibeli oleh masyarakat umum.
"Elon memiliki banyak uang dan dia sangat canggih, jadi saya tidak khawatir Bitcoin-nya akan naik atau turun secara acak," ujar Bill Gates saat diwawancara oleh Bloomberg Television, Kamis, 25 Februari 2021.
Sebaliknya, investasi Bitcoin oleh masyarakat umum yang tak punya banyak uang untuk disisihkan, menurut dia, akan sangat riskan. "Pemikiran umum saya adalah jika Anda memiliki lebih sedikit uang daripada Elon. Anda mungkin harus berhati-hati,” kata Gates.
5. Warren Buffett, CEO Berkshire Hathaway
Miliarder Warren Buffett melontarkan kritik tajam terhadap Bitcoin. Bos firma investasi Berkshire Hathaway ini menganggap Bitcoin tak layak disebut sebagai mata uang karena tidak memenuhi syarat sebagai sebuah mata uang dan tak ada bank sentral yang bertindak sebagai penjamin.
<!--more-->
Bitcoin juga disebut 'tidak akan lulus tes' sebagai sebuah mata uang karena nilainya hanya didasarkan mata uang lain, yakni dolar Amerika Serikat. Hal ini berbeda dengan mata uang resmi negara-negara di seluruh dunia yang memiliki nilai pembanding dan penjamin berupa kekayaan negara dalam bentuk emas atau cadangan devisa.
6. Janet Yellen, Menteri Keuangan AS
Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengeluarkan peringatan tentang bahaya penggunaan Bitcoin karena legalitas dan stabilitas mata uang digital itu tidak jelas. "Sejauh ini digunakan, saya khawatir sering kali untuk keuangan gelap," ujarnya, Selasa, 23 Februari 2021.
Tak hanya itu, Yellen juga khawatir penggunaaan Bitcoin yang sulit dilacak bakal digunakan sebagai alat aktivitas ilegal. Fluktuasi harga Bitcoin juga menunjukkan mata uang ini tidak stabil.
5. BI dan Bappebti
Sementara di Indonesia, Bitcoin tetap legal dalam perdagangan berjangka komoditi, bukan alat pembayaran. Ada dua pernyataan regulator yang penting untuk disimak terkait Bitcoin.
Pertama, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan Bitcoin tidak dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di tanah air. “Sejak awal kami sudah mengingatkan dan menegaskan Bitcoin tidak boleh sebagai alat pembayaran yang sah, demikian juga mata uang lain selain rupiah,” kata Perry dalam diskusi virtual, Kamis, 25 Februari 2021.
Kedua, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan telah menerbitkan regulasi untuk perdagangan mata uang kripto ini. Regulasi tersebut yaitu Peraturan Bappebti Nomor 7 Tahun 2020 tentang Penetapan Daftar Aset Kripto yang dapat Diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto.
Bappebti pun telah menetapkan 229 jenis aset kripto yang dapat diperdagangkan di pasar fisik aset kripto, salah satunya adalah Bitcoin. Dengan demikian, untuk produk yang tidak masuk dalam daftar tersebut wajib dilakukan delisting.
Baca: Pesan Bill Gates soal Investasi Bitcoin: Jika Tak Sekaya Elon Musk, Hati-hati