Indef: Insentif PPnBM dan DP 0 Persen Tidak Akan Signifikan Dampaknya

Rabu, 24 Februari 2021 06:45 WIB

Pekerja sedang merakit mobil Suzuki Ertiga di Pabrik Suzuki di Cikarang, Bekasi, Februari 2018. TEMPO/Wawan Priyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Insentif pajak penjualan barang mewah (PPnBM) dan uang muka (down payment/DP) 0 persen untuk kendaraan bermotor dinilai tidak akan memberi banyak dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi. Penjualan kendaraan bermotor disebut tetap bisa tumbuh meski tanpa diskon ini.

Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan meski konsumen memperoleh keuntungan dengan harga produk yang lebih murah, hal ini tidak serta-merta langsung mengerek konsumsi. Konsumen tetap akan mempertimbangkan pengeluaran sekunder.

“Insentif pajak ini tidak akan signifikan ke penjualan. Selain karena pendapatan yang susah selama pandemi, sebenarnya pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor sudah tinggi, sekitar 5 persen tanpa insentif,” kata Esther, Selasa 23 Februari 2021.

Data publikasi CEIC menunjukkan penjualan kendaraan bermotor Indonesia mengalami penurunan tajam secara bulanan dari Maret ke April 2020, dari 76.811 unit menjadi hanya 7.868 unit. Penjualan mulai memperlihatkan perbaikan mulai Juli 2020 dengan total 25.283 unit dan perlahan naik menjadi 57.129 unit pada Desember 2020.

Studi dari Litbang Kementerian Perindustrian yang dikutip Esther memperlihatkan kehadiran insentif pajak otomotif 0 persen tidak berdampak besar terhadap ekonomi makro. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil diperkirakan tidak tumbuh dan konsumsi riil masyarakat hanya terkerek 0,10 persen.

Advertising
Advertising

<!--more-->

Selain itu, dampaknya terhadap volume ekspor pun hanya mengungkit pertumbuhan 0,19 persen dan pada impor sebesar 0,46 persen. Esther juga menjelaskan bahwa obral PPnBM berpotensi mengurangi penerimaan pajak negara sebesar Rp2,28 triliun.

Insentif pajak pun dinilai kurang tepat digulirkan mengingat rasio pajak terhadap PDB nasional cenderung rendah. Kementerian Keuangan memperkirakan rasio pajak pada 2020 hanya berada di level 7,90 persen, turun dibandingkan dengan 2019 yang berada di angka 9,76 persen.

“Pemerintah seharusnya fokus ke penanganan pandemi dan tidak mengobral insentif pajak karena rasionya rendah. Kita perlu generate income lebih banyak agar ruang fiskal lebih luas selama pandemi,” jelasnya.

Peneliti Senior Indef Aviliani mengemukakan pemerintah bisa mempercepat proyek infrastruktur nasional jika ingin mengejar pertumbuhan ekonomi yang positif pada kuartal I. Dengan dana sekitar Rp400 triliun, pembangunan bisa mempercepat penyerapan tenaga kerja sehingga daya beli tercipta.

“Dari insentif dana desa yang sekarang dialihkan ke padat karya pun perlu dipercepat, multiplier effect terhadap permintaan atau daya bali akan naik signifikan. Begitu pula penyaluran bantuan tunai langsung. Hal ini paling tidak memperbaiki pendapatan masyarakat,” kata Aviliani.

BACA: Insentif PPnBM, Gaikindo Berharap Penjualan Otomotif Kembali Normal

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

4 hari lalu

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

Kemenkeu merespons soal kenaikan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2025.

Baca Selengkapnya

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

5 hari lalu

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

PT Laba Forexinfo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencatat, mata uang rupiah ditutup menguat dalam perdagangan akhir pekan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

6 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

7 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Pengacara Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Buka Kemungkinan Pengajuan Praperadilan

11 hari lalu

Pengacara Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Buka Kemungkinan Pengajuan Praperadilan

Sebelum menetapkan Gus Muhdlor sebagai tersangka, KPK telah lebih dulu menetapkan dua pejabat Pemkab Sidoarjo sebagai tersangka kasus korupsi.

Baca Selengkapnya

Menkominfo Budi Arie Pastikan Pemberian Insentif 5G untuk Operator: Tunggu Mei

12 hari lalu

Menkominfo Budi Arie Pastikan Pemberian Insentif 5G untuk Operator: Tunggu Mei

Menteri Komunikasi dan Informatika atau Menkominfo Budi Arie Setiadi memastikan kementeriannya bakal memberikan insentif 5G untuk operator seluler.

Baca Selengkapnya

Serikat Pekerja Angkutan Indonesia Kritik Pemberian Insentif Pengemudi Ojol dan Kurir

20 hari lalu

Serikat Pekerja Angkutan Indonesia Kritik Pemberian Insentif Pengemudi Ojol dan Kurir

Serikat Pekerja Angkutan Indonesia mengkritik pemberian insentif pada pengemudi ojek online dan kurir.

Baca Selengkapnya

Dugaan Korupsi APBDes di Tiga Desa di Tulungagung, Kejaksaan: Ada Kejutan Setelah Idul Fitri

22 hari lalu

Dugaan Korupsi APBDes di Tiga Desa di Tulungagung, Kejaksaan: Ada Kejutan Setelah Idul Fitri

Kejaksaan Negeri Kabupaten Tulungagung sedang menyelidiki kasus dugaan korupsi anggaran desa (APBDes) di sejumlah desa

Baca Selengkapnya

Perusahaan Menolak Beri THR Ojol, SPAI: Tidak Manusiawi, Kami Dipaksa Kerja saat Lebaran

24 hari lalu

Perusahaan Menolak Beri THR Ojol, SPAI: Tidak Manusiawi, Kami Dipaksa Kerja saat Lebaran

Perusahaan menolak memberi THR untuk pengemudi ojek online atau Ojol. SPAI menyebut insentif yang ditawarkan perusahaan tidak manusiawi.

Baca Selengkapnya