BMKG: Seluruh Provinsi di Jawa Kecuali Yogyakarta Berstatus Siaga Banjir
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 8 Februari 2021 13:14 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG Dwikorita Karnawati menyebutkan hari ini seluruh provinsi di Pulau Jawa berstatus siaga banjir, kecuali Daerah Istimewa Yogyakarta. Status tersebut seiring dengan tengah terjadinya puncak cuaca ekstrem, perkumpulan dari beberapa peristiwa alam, seperti La Nina dan Angin Monsoon.
BMKG lalu menyebarluaskan peringatan dini potensi hujan lebat dan angin kencang di beberapa provinsi. "Termasuk Jawa Barat di antaranya Karawang, DKI Jakarta, Depok, Bekasi, kemudian ke arah Selatan, ke arah Bogor ada awan yang berpotensi menurunkan hujan intensitas sedang hingga lebat, disertai angin kencang,” ujar Dwikorita, seperti dikutip dari unggahan BMKG, Senin, 8 Februari 2021.
Dwikorita menjelaskan, peringatan siaga banjir dikeluarkan karena cuaca ekstrem dan durasinya tidak sebentar. Jika hujan terjadi di suatu daerah yang rawan banjir, menurut dia, besar kemungkinan bakal banjir.
"Daerah itu siaga, karena pemicunya hujan kami prediksi bisa mencapai 100 mm, ini yang memicu bisa benar-benar terjadi banjir," kata Dwikorita.
Peringatan siaga banjir juga disampaikan BMKG agar pihak terkait di lapangan siap. Misalnya, pemerintah daerah sudah menyiapkan evakuasi warga, pompa, tempat, dan jalur pengungsiannya. “Maksudnya agar disiapkan sewaktu-waktu hujan turun sudah siap menyelamatkan warga,” katanya.
<!--more-->
Adapun banjir yang sedang terjadi seperti di Karawang dan Semarang, menurut dia, dipicu hal serupa yakni cuaca ekstrem, hujan dengan intensitas lebih dari 150 mm dalam 24 jam.
“Di Semarang, selain kondisi lahan di Semarang yang merupakan dataran rendah, dan endapannya aluvial, serta pengembangan lahan di wilayah Semarang juga menjadi faktor pengontrol,” tutur Dwikorita.
Sementara itu, BMKG juga memantau pola hujan di Pulau Jawa umumnya berdurasi panjang, tapi intensitasnya fluktuatif, bisa naik menjadi hujan lebat dan turun ke sedang, dan berlangsung dalam waktu yang lama.
Dwikorita juga memaparkan salah satu penyebab intensitas hujan yang tinggi selain La Nina, yakni kontribusi dari puncak Angin Monsoon, dan sirkulasi tekanan udara di Utara Australia.
“Secara total kami memprediksi 40-80 persen kenaikan curah hujan bulanan dibandingkan dengan bulan-bulan berikutnya. BMKG hanya memprediksi rawan cuaca ekstrem hampir merata di seluruh Indonesia,” ucap Dwikorita.
BISNIS
Baca: Banjir di Semarang Diduga Akibat Hujan Ekstrem Siklus 50 Tahunan, Apa Kata BMKG?