Tingkat Hunian Jeblok karena Pandemi, 60 Hotel di Bali Akan Dijual
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 5 Februari 2021 21:39 WIB
TEMPO.CO, Denpasar - Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya menyebutkan pandemi Covid-19 telah memukul industri perhotelan. Ia menyebutkan ada 60 hotel yang akan dijual karena pemiliknya tidak mampu lagi membayar biaya operasional dan gaji karyawan.
Akibat pandemi, kata Rai, tingkat hunian hotel di Bali kini rata-rata hanya tersisa 5-7 persen. Selain gaji karyawan, pengusaha hotel juga tidak dapat menutupi biaya operasional, ditambah lagi beratnya utang dari bank yang harus dibayarkan.
"Pengusaha tidak bisa bertahan pada tingkat hunian yang rendah ini," ujarnya, Jumat, 5 Februari 2021.
Ia menyebutkan, para pengusaha pariwisata hanya memiliki kekuatan untuk bertahan pada tiga bulan pertama, selanjutnya biaya operasional ditanggung dari tabungan yang dimiliki.
Namun jika sudah lebih dari enam bulan, pengusaha akan langsung menawarkan aset-aset yang dimiliki untuk dijual. Tapi itu pun dinilai tak mudah karena calon pembeli juga masih wait and see.
Soal dana hibah dari Kemenparekraf senilai Rp 1,1 triliun untuk Bali, menurut dia, hanya akan cukup digunakan selama dua bulan saja. Sedangkan pariwisata telah terpuruk dari Maret tahun lalu. "Untuk pengusaha menjual asetnya di sektor ini, karena saya rasa mereka ingin memiliki bisnis di sektor lainnya lagi," tutur Rai.
<!--more-->
Lebih jauh, Rai berharap agar nantinya bila pemerintah pusat jadi memberi pinjaman lunak ke Bali agar menggunakan bunga yang rendah dengan tenor panjang. "Kami khawatirkan jika pinjaman ini lama disetujui, lebih banyak lagi pengusaha yang ingin menjual asetnya," kata dia.
Ketua Asosiasi Villa Bali, Gede Sukarta, menyebutkan sekarang Pulau Dewata sedang menjadi incaran para investor. Hal ini ditambah dengan banyaknya pengusaha yang ingin menjual properti dan aset-aset lainnya akibat ketidakpastian bisnis pariwisata di tengah pandemi.
"Bahkan saya dengar ada banyak yang sudah dipaksa libur tanpa gaji dan entah akan dipanggil atau tidak. Padahal ada juga yang sudah dapat dana hibah malah tetap memberhentikan stafnya," kata Sukarta.
Soal harga jual hotel ataupun aset lain yang ditawarkan oleh para pengusaha, dia mengaku belum mendalami hal tersebut. Namun menurut pemantauannya pengusaha villa telah banyak yang menawarkan aset kepada broker yang memiliki networking dengan pihak asing. "Semoga segera ada solusi terhadap permasalahan ini," kata Sukarta.
BISNIS
Baca: Jumlah Kunjungan Wisatawan Asing Kuartal IV 2020 Turun 88,45 Persen