Serikat Karyawan Garuda Desak Pemerintah Segera Kucurkan Dana PEN 8,5 T
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 28 Januari 2021 16:09 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Serikat Karyawan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. atau Sekarga meminta pemerintah dan Kementerian BUMN segera mengucurkan dana pemulihan ekonomi nasional kepada perusahaan penerbangan pelat merah tersebut. Bila dana tersebut tak segera disuntikkan, dikhawatirkan perseroan bakal bangkrut karena tak bisa bertahan di masa pandemi Covid-19 ini.
Permintaan itu disampaikan dalam surat yang dilayangkan oleh Dewan Pimpinan Pusat Sekarga tertanggal Selasa, 26 Januari 2021. Surat itu ditandatangani oleh Ketua Umum Sekarga Dwi Yulianta.
"Demi menjaga kelangsungan Perusahaan Maskapai Kebanggaan Nasional Milik Bangsa, maka kami dan Serikat Karyawan Garuda Indonesia memohon kepada Bapak Presiden, Bapak Menteri BUMN/Pemegang Saham Mayoritas PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan Ibu Menteri Keuangan kiranya dapat merealisasikan pencairan Dana Pemulihan Ekonomi Nasional/PEN untuk Garuda karena sampai saat ini dana PEN tersebut belum bisa dicairkan," kata Dwi dalam surat tersebut, Kamis, 28 Januari 2021.
Maskapai penerbangan dengan kode emiten GIAA di bursa tersebut sejak awal tahun direncanakan mendapatkan dana PEN sebesar Rp 8,5 triliun. Dana ini rencananya diberikan melalui skema obligasi wajib konversi (OWK) dari pemerintah RI sebagai pemegang saham terbesar.
Dana ini untuk menutupi kerugian dan kebutuhan operasionalnya di tengah kinerja perusahaan yang porak poranda akibat pandemi Covid-19. "Garuda Indonesia sangat membutuhkan dana PEN untuk modal Kegiatan Operasional agar terhindar dari Kebangkrutan," kata Dwi.
<!--more-->
Dwi menyebutkan pandemi Covid-19 telah memukul industri penerbangan karena menurunnya jumlah penumpang yang sangat drastis. Kondisi ini sebagai akibat dari pembatasan sosial dan perjalanan udara baik domestik maupun internasional.
Kinerja keuangan Garuda Indonesia pun terdampak, begitu juga seluruh maskapai yang ada di dunia bahkan beberapa maskapai luar negeri sudah mengalami kebangkrutan.
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan masih menghadapi penurunan pendapatan yang cukup dalam pada 2020 jika dibandingkan dengan 2019. Penurunan pendapatan terjadi meski jumlah penumpang mulai bertumbuh 38 persen dari Oktober ke November 2020 dan sudah mengangkut di atas 1 juta penumpang. Desember pun terjadi peningkatan berkaitan dengan libur Natal dan Tahun Baru.
"Kami lagi finalisasi angkanya. Pada 2020 tahun yang sangat berat buat Garuda dari segi finansial nanti kami laporkan. Kami akan mengalami penurunan (pendapatan) yang dalam," ujar Irfan, Selasa, 19 Januari 2021.
Dalam laporan keuangan per September 2020, manajemen Garuda Indonesia menyampaikan pandemi Covid-19 yang terjadi sejak awal tahun 2020 memukul kinerja perseroan hingga akhirnya membukukan kerugian hingga US$ 1,13 miliar atau setara Rp 16,03 triliun. Di lantai bursa pada sesi I perdagangan hari ini, terpantau saham GIAA ditutup melemah 5 persen ke level 304. Secara year to date (ytd) penurunan harga sahamnya sudah mencapai 24,75 persen.
BISNIS
Baca: Ulang Tahun ke-72, Garuda Indonesia Tebar Diskon Tiket Pesawat Hingga 60 Persen