Importir Rugi Demi Operasi Pasar Kedelai Kementerian Pertanian
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Kodrat Setiawan
Kamis, 7 Januari 2021 12:22 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Para importir kedelai terpaksa merugi dalam operasi pasar yang diluncurkan Kementerian Pertanian pada hari ini, Kamis, 7 Januari 2021. Sebab, importir harus menjual kedelai ke pengrajin dengan harga Rp 8.500 per kilogram (kg), lebih rendah dari harga yang di tingkat pelabuhan saja sudah Rp 8.700 sampai Rp 9.000 per kg.
"Kalau jual rugi, ya memang rugi," kata anggota Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo) Gondo saat ditemui selepas peluncuran operasi pasar Kementan di sentra produksi tahun tempe di Komplek KOPTI, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Kamis, 7 Januari 2021.
Sebelumnya, harga kedelai di pasaran naik dari semula Rp 6.500 menjadi Rp 9.500. Kementerian Perdagangan menyebut penyebabnya adalah harga kedelai internasional yang meningkat, akibat lonjakan permintaan dari Cina ke negara produsen, Amerika Serikat.
Akibatnya, produsen tahu dan tempe sempat mogok beberapa hari sampai 3 Januari 2020. Di beberapa rumah makan, ada yang tetap menjual tahu tempe dengan harga lebih mahal. Ada juga yang memilih tidak menjual sama sekali. Tapi hari ini, para pengrajin seperti di Semanan misalnya, telah kembali memproduksi tahu tempe.
Hari ini, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meluncurkan operasi pasar dengan menggunakan stok milik importir. Ia mengupayakan harga Rp 8.500 per kg ini bisa bertahan hingga 100 hari ke depan.
Meski demikian, Gondo tidak merinci berapa besar kerugian atau subsidi harga yang harus ditanggung oleh para importir. "Namanya kan operasi pasar, jadi menang harus lebih rendah kan gitu, tapi ya mungkin jumlahnya berapa kami harus lihat," kata Gondo.
<!--more-->
Selain itu, Gondo belum mengetahui apakah para importir bisa memenuhi harga kedelai Rp 8.500 per kg selama 100 hari seperti yang diharapkan Syahrul. "Ke depan mungkin harus dievaluasi," kata dia.
Sekretaris Akindo, Hidayat, juga menyebut operasi pasar ini memang kesepakatan antara importir kedelai dan Gabungan Koperasi Tahu Tempe (Gakoptindo). Nantinya, ada sekitar 30-an importir yang terlibat. Khusus pada hari ini menggunakan stok milik PT FKS Multi Agro Tbk.
Seperti Gondo, Hidayat pun tidak tahu sampai kapan importir sanggup menjual kedelai dengan harga Rp 8.500 kg ini. Termasuk, menjualnya selama 100 hari ke depan. "Untuk memenuhi selama itu berat barangkali," kata dia.
Ketua Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta, Sutaryo menyebut importir melakukan subsidi harga atau menjual stok kedelai mereka ke titik rugi. Sutaryo pun tak tahu apakah harga Rp 8.500 per kg ini bisa dijual selama 100 hari ke depan. "Kemampuannya (importir) sampai mana, kami enggak tahu," kata dia.
Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi menyebut operasi pasar ini sebenarnya sudah disepakati dalam pertemuan antara Akindo, Gakoptindo, Kementerian Perdagangan, hingga Kementerian Pertanian. Dalam pertemuan tersebut, tercapailah 3 kesepakatan.
Salah satunya stabilisasi harga kedelai dengan menjualnya seharga Rp 8.500 per kg kepada para pengrajin selama 100 hari ke depan. Tapi, Agung membenarkan bahwa harga ini tetap akan terus dievaluasi selama 100 hari tersebut. "Kami evaluasi setiap bulan," kata Agung.
FAJAR PEBRIANTO
Baca juga: Hari Ini Syahrul Yasin Limpo Operasi Pasar untuk Stabilkan Harga Kedelai