Ekspor RI Positif, Kadin: Diuntungkan Kenaikan Harga Komoditas
Reporter
Larissa Huda
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Rabu, 16 Desember 2020 06:14 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – Optimisme pelaku usaha terhadap pemulihan permintaan pasar jangka pendek karena momentum akhir tahun mendorong kenaikan ekspor Indonesia pada November lalu. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Khamdani berujar kenaikan permintaan akan produk Indonesia sejalan dengan normalisasi ekonomi yang terus berjalan di berbagai belahan dunia.
Normalisasi ekonomi dunia ini, kata dia, untuk mengejar pertumbuhan setelah krisis sepanjang dua triwulan terakhir. “Yang mulai pulih bukan hanya agregat permintaan terhadap ekspor, tetapi juga harga komoditas global yang tercatat naik cukup signifikan pada November,” tutur Shinta kepada Tempo, Selasa 15 Desember 2020.
Mengutip data Bank Dunia, Shinta mengatakan ekspor Indonesia diuntungkan oleh kenaikan harga sejumlah komoditas, seperti batubara, pangan, hingga minyak sawit mentah (CPO).
Shinta memperkirakan kinerja tersebut akan bertahan karena harga komoditas akan terus meningkat hingga normalisasi ekonomi global secara penuh. Namun dalam jangka menengah-panjang, kemungkinan akan stagnan atau turun, khususnya untuk batubara karena adanya tren global terhadap energy terbarukan (renewable energy).
“Jadi sebelum itu terjadi sebaiknya Indonesia sudah mendiversifikasi sebagian komoditi ekspor nasional dari barang mentah menjadi barang bernilai tambah, baik setengah jadi hingga barang jadi agar kinerja ekspor lebih stabil paska pandemi,” tutur dia.
<!--more-->
Kenaikan permintaan pasar secara global ini juga ditunjukkan lewat peningkatan impor bahan baku atau penolong dan barang modal pada November lalu. Namun, karena daya beli dan keyakinan konsumsi masih tertahan, industri nasional tidak meningkatkan kinerja secara besar-besaran karena tidak mau mengambil risiko.
Peningkatan impor tersebut juga dinilai belum cukup untuk meningkatkan investasi atau lapangan kerja baru untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional secara signifikan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus US$2,61 miliar pada November 2020. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor mencapai US$15,28 miliar atau naik 6,36 persen dari US$14,36 miliar pada Oktober 2020.
Sedangkan nilai impor mencapai US$12,66 miliar atau meningkat 17,4 persen dari US$10,79 miliar pada bulan sebelumnya. Adapun impor bahan baku/penolong naik 13,02 persen menjadi US$8,93 miliar dan barang modal melonjak 31,54 persen menjadi US$2,43 miliar jika dibandingka dengan Oktober lalu.
"Barang modal yang diimpor adalah mesin-mesin dari China. Kenaikan impor modal diharapkan bisa berpengaruh positif bagi pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan IV ini," ujarnya.
Baca: Ekspor Ke Filipina, PT INKA Kirim 3 Lokomotif dan 15 Gerbong
LARISSA HUDA