Kepala Bappenas Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Membaik tapi Belum Capai Target
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 14 Desember 2020 08:41 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas, Suharso Monoarfa, memperkirakan kuartal keempat pada tahun ini pemulihan ekonomi akan berlanjut. Di tiga bulan terakhir 2020 ini, kontraksi pertumbuhan ekonomi diprediksi akan lebih rendah dari bulan-bulan sebelumnya.
Suharso menyebutkan perkiraan ini setelah melihat realisasi pertumbuhan ekonomi yang membaik sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada Maret lalu. Namun realisasi pertumbuhan ekonomi di akhir tahun diprediksi masih akan lebih rendah dari target 5,3 persen yang ditetapkan di awal tahun.
Meski masih terkontraksi, ekonomi yang terus pulih disebabkan beberapa kebijakan yang dipayungi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan setelah sebelumnya didahului Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020.
Stimulus itu diberikan melalui insentif pajak, tambahan belanja negara, serta pembiayaan anggaran untuk menangani masalah kesehatan, perlindungan sosial, dan dukungan kepada dunia usaha dan pemerintah daerah.
"Mengacu pada Nota Keuangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2021, pemerintah mengalokasikan anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional mencapai Rp 695,2 triliun atau diperkirakan setara dengan 4,2 persen PDB,” tutur Suharso akhir pekan lalu.
<!--more-->
Pada November lalu, BI menurunkan tingkat suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate hingga 3,75 persen dan menerapkan quantitative easing demi ketersediaan likuiditas di pasar keuangan. Sementara OJK mengambil langkah relaksasi dan restrukturisasi pinjaman untuk menjaga kesehatan sektor keuangan, termasuk perbankan yang saat ini kondisinya relatif baik dengan Capital Adequacy Ratio di atas 20 persen dan Non-Performing Loan di bawah 5 persen.
Jika pada akhir Maret lalu, sempat terjadi capital outflow serta depresiasi nilai tukar rupiah di atas Rp 16.500 per USD dan jebloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga lebih rendah dari 4.000 di akhir Maret 2020, namun belakangan kondisi membaik. Pada awal Desember ini, nilai tukar rupiah menguat ke Rp 14.000 per USD, sementara IHSG kembali ke kisaran 6.000.
Perbaikan pasar saham dan penguatan nilai tukar rupiah menjadi cerminan keyakinan tinggi untuk berlanjutnya pemulihan ekonomi Indonesia di triwulan IV 2020. Suharso mengklaim stabilitas makroekonomi juga tercermin dari tingkat inflasi yang stabil, defisit neraca berjalan yang rendah, dan cadangan devisa yang tinggi.
Dengan berbagai perkembangan tersebut, ia yakin proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia direvisi dengan cepat. Dampak ekonomi yang pada awalnya diperkirakan akan berbentuk V, berubah menjadi huruf U atau bahkan huruf L.
International Monetary Fund yang pada awal 2020 memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia akan mencapai 3,3 persen, merevisi proyeksi tersebut menjadi -4,4 persen pada Oktober 2020. "Lembaga internasional lain seperti Bank Dunia hingga Organisation for Economic Co-operation and Development juga memperkirakan terjadinya resesi dunia, dengan pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar -5,2 persen dan -4,5 persen pada 2020," ucap Suharso.
BISNIS
Baca: Karena Alasan Ini, Jokowi Yakin Ekonomi RI Sudah Lewati Titik Terendah