Kontainer Langka, Volume Muatan Tol Laut Malah Naik 2 Kali Lipat
Reporter
Yohanes Paskalis
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Rabu, 9 Desember 2020 05:55 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – Sejumlah operator kapal kargo laut bersubsidi atau tol laut memastikan distribusi barang ke wilayah terpencil tak terganggu kelangkaan peti kemas. Direktur Usaha Angkutan Barang PT Pelni (persero), Masrul Khalimi, mengatakan entitasnya bisa mengatur ulang penjadwalan keberangkatan sesuai ketersediaan kontainer.
Kelangkaan kontainer tak mempengaruhi distribusi barang domestik. Volume muatan tol laut justru melonjak.
“Dampaknya tak signifikan untuk kegiatan tol laut kami,” ucapnya kepada Tempo, Selasa 8 Desember 2020.
Alih-alih melamban, kata Masrul, volume pengiriman barang justru meningkat pada kuartal terakhir tahun ini. Dia mengklaim realisasi muatan pada delapan trayek tol laut yang dikelola PT Pelni melonjak hingga rata-rata 150-200 persen dari tahun sebelumnya.
Pelni kini mengelola delapan dari total 26 trayek tol laut. “Bisa kami genjot secara signifikan pada trayek T-10 dan T-15,” ujarnya.
Merujuk data tol laut Kementerian Perhubungan sepanjang 2020. Trayek distribusi T-10 yang mencakup enam titik persinggahan, termasuk Pelabuhan Pangkal Tanjung Perak di Surabaya, sudah dilintasi 870 kontainer muatan berangkat dan 449 kontainer muatan balik.
Jalur T-15 yang menghubungkan Tanjung Perak dengan Pulau Morotai di Maluku bahkan dilintasi 900 kontainer muatan berangkat, dan 1.124 kontainer muatan balik.
<!--more-->
Tanpa merincikan realisasi muatan, Direktur Operasional PT Pelayaran Tempuran Mas Tbk atau Temas Line, Teddy Arief Setiawan, pun memastikan distribusi kontainer di tiga trayek yang dikelola entitasnya berjalan normal. “Perlintasan domestik tak terganggu,” ucapnya.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kementerian Perhubungan, Antoni Arif Priyadi, mengatakan lembaganya sedang membenahi berbagai aspek dalam program kargo bersubsidi yang dimulai sejak 2015 lalu itu. Sejak pertama dibuka, jumlah trayek tol laut terus dimekarkan, dari hanya tiga trayek menjadi 26 trayek dengan sekitar 100 pelabuhan singgah.
“Salah satunya soal kepastian penjadwalan kedatangan kapal,” kata dia, kemarin.
Kementerian pun sedang menguji efisiensi sistem hub (pangkal) dan spoke (pengumpan), dan mempercepat digitalisasi. Salah satu layanan daring kargo kapal yang dikembangkan pemerintah adalah Logistics Communication System (LCS), untuk memantau tarif angkutan, pergerakan barang.
Ada pula sistem Informasi Muatan dan Ruang Kapal (IMRK) untuk memantau kapasitas angkut armada di setiap trayek.
<!--more-->
Kemarin, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pun baru meresmikan Kapal Perintis Sabuk Nusantara 88 yang berbobot 2.000 gross tonnage (GT) untuk melayani jalur tol laut.
Bila ditotal, pemerintah sudah membangun 100 unit kapal pendukung Tol Laut, terdiri dari 60 unit kapal kerintis, 15 kapal kontainer, 20 kapal Rede, dan 5 kapal ternak.
Adapun Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto, pada bulan lalu mengatakan Gerai Maritim yang diprogramkan lembaganya bisa meminimalisir disparitas harga pangan di daerah. Pasokan barang dan distribusi program ini terhubung dengan kapal tol laut.
"Ada beberapa faktor yang menyebabkan disparitas harga bahan pokok cukup tinggi, misalnya bencana alam, sentra produksi dan distribusi yang tidak merata," ujarnya.
Baca: Kelangkaan Kontainer Picu Biaya Logistik Naik hingga 3 Kali Lipat
CAESAR AKBAR | YOHANES PASKALIS