Presiden Joko Widodo atau Jokowi, berbicara saat acara CEO Dialogue forum via video link menjelang Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) pada 19 November 2020. APEC CEO DIALOGUES MALAYSIA 2020/via REUTERS TV
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan ketertinggalan dari negara lain di sisi ekspor tidak harus membuat Indonesia pesimis. Menurutnya, tidak ada jalan selain melakukan langkah-langkah untuk mendorong ekspor seperti perbaikan, pembenahan, dan reformasi besar-besar pada ekosistem berusaha bagi eksportir.
"Satu per satu persoalan yang menghambat ekspor kita cermati dan carikan solusinya, regulasi yang rumit segera kita sederhanakan, prosedur birokrasi yang menghambat juga saya sampaikan berkali-kali segera dipangkas," kata Jokowi dalam konferensi pers virtual, Jumat, 4 Desember 2020.
Dia mengingatkan segera dilakukan percepatan negosiasi perjanjian-perjanjian kemitraan ekonomi comprehensive atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) terutama dengan negara-negara yang potensial menjadi pasar produk ekspor Indonesia.
"Dan berbagai perjanjian perdagangan yang sudah ada, segera dioptimalkan. Sambil terus mencari pasar-pasar baru di negara-negara non tradisional, sehingga pasar ekspor kita semakin luas," ujarnya.
Atase perdagangan dan Indonesia trade promotion center atau ITPC harus mampu menjadi market agen.
"Melakukan market intelligence, daya saing eksportir khususnya usaha kecil menengah harus ditingkatkan agar membawa Indonesia menjadi satu kesatuan yang kuat untuk memenuhi order buyers," kata dia. <!--more--> Selain itu, perlu diperkuat kerja sama dengan perbankan dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia atau LPEI untuk treat financing bagi UKM ekspor. Jokowi juga meminta memperbanyak program seperti ekspor project program dan sebagainya.
"Kita harus penuhi apa yang menjadi standar pasar global dengan brand yang kuat dan dengan packaging yang semakin baik. Ini yang akan meningkatkan ekspor kita," kata Jokowi.