Seorang teknisi melakukan pengecekan pesawat Garuda Indonesia tipe Boeing 737 Max 8 di Garuda Maintenance Facility AeroAsia di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, 13 Maret 2019. Garuda Indonesia memesan Max 8 sebanyak 50 unit adalah untuk peremajaan dan efesiensi. REUTERS/Willy Kurniawan
TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) mengambil sikap serupa dengan maskapai Lion Air Group untuk menunggu lebih jauh usai memperoleh kabar pencabutan larangan terbang Boeing 737 MAX 8 oleh otoritas penerbangan Amerika Serikat (Federal Aviation Administration/FAA).
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyampaikan upaya untuk menerbangkan kembali Boeing 737 Max merupakan upaya yang tidak mudah. Pasalnya saat ini maskapai sedang berupaya memulihkan trafik penerbangan. Saat ini, kata dia, persoalan kepercayaan diri adalah hal yang utama dalam industri ini. “Kami tunggu saja perkembangan lanjutan,” ujarnya, Kamis, 19 November 2020.
Emiten berkode saham GIAA tersebut belum membatalkan kontrak pembelian sebanyak 49 Boeing 737 MAX 8 dari Boeing hingga menerima kepastian terkait operasinya.
Irfan mengatakan status kontrak masih belum dibatalkan hingga kini. Pasalnya jadwal pengiriman pesawat tersebut juga belum dapat dipastikan menyusul adanya insiden yang menimpa Boeing 737 MAX 8.
“Kami tunggu konfirmasi yang lebih jelas. Namun secara kontrak masih on,” katanya.
Berdasarkan laporan keuangannya kepada otoritas Bursa Efek Indonesia maskapai pelat merah tersebut menandatangani perjanjian pembelian dengan Boeing untuk pembelian 50 pesawat Boeing 737 MAX 8 pada 12 September 2014. <!--more--> Perseroan sudah menerima satu unit pesawat yang saat ini kondisinya masih dikandangkan.
Hingga kuartal III 2020, emiten berkode saham GIAA pun memiliki sisa 49 unit yang masih belum dikirim oleh Boeing dengan rencana jadwal pengiriman yang belum dapat dipastikan menyusul adanya insiden yang menimpa pesawat Boeing 737 MAX 8.
Sebelumnya, maskapai Lion Air masih menunggu keputusan Kementerian Perhubungan terkait izin terbang Boeing 737 Max 8 yang hampir dua tahun dikandangkan.
“Kami sebagai operator atau pengguna pesawat masih menunggu keputusan dari pabrikan pesawat dan regulator,” ujar Corporate Communications Strategic of Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro saat dihubungi pada Kamis, 19 November 2020.
Saat ini, Lion Air memiliki sepuluh pesawat Boeing 737 Max 8. Seluruhnya di-grounded atau dikandangkan setelah dua kecelakaan maut yang melibatkan maskapai Ethiopian Airlines ET 320 dan Lion Air JT 610 terjadi.
Kecelakaan 737 MAX di Indonesia dan Ethiopia menewaskan total 346 orang dalam waktu lima bulan pada 2018 dan 2019. Kecelakaan ini memicu hujan es penyelidikan yang mencoreng Amerika Serikat dalam penerbangan global dan merugikan Boeing US$ 20 miliar.
Adapun pencabutan larangan terbang Boeing 737 Max sudah ditandatangani Kepala FAA Steve Dickson baru-baru ini. FAA juga merilis rincian akhir dari perangkat lunak, sistem, dan peningkatan pelatihan yang harus diselesaikan Boeing serta maskapai penerbangan sebelum mengangkut penumpang.
Ketika penerbangan dilanjutkan, Boeing akan memantau 24 jam semua penerbangan MAX untuk kemungkinan masalah, mulai roda pendaratan yang macet hingga keadaan darurat kesehatan. Hal ini disampaikan tiga orang yang mengetahui masalah tersebut seperti dikutip dari Reuters.