Seorang perawat memperlihatkan sebuah kotak vaksin Rusia "Sputnik-V" untuk melawan Covid-19 yang disiapkan untuk suntikan dalam tahap uji coba pasca-pendaftaran di sebuah klinik di Moskow, Rusia, Kamis, 17 September 2020. Kredit: ANTARA FOTO/REUTERS/Tatyana Makeyeva/aww/cfo
TEMPO.CO, Jakarta - Deputi I Bidang Pengawasan Produk Terapeutik Narkotik Psikotropika dan Zat Adiktif BPOM Nurma Hidayati mengatakan lembaganya tak akan mengabaikan keamanan dan mutu produk vaksin Covid-19. Menurut dia, kualitas mutu penting agar vaksin tak menimbulkan masalah di kemudian hari.
“Untuk disuntikkan, kami tidak akan mengabaikan keamanan dan mutu dari produk itu (vaksin Covid-19),” ujar Nurma dalam webinar Markplus Inc pada Selasa, 17 November 2020.
Nurma menjelaskan, proses produksi vaksin membutuhkan waktu yang panjang. Untuk mengembangkan vaksin, peneliti harus melalui beberapa tahap pengujian yang tidak boleh dilewatkan. Pengujian pertama dilakukan untuk hewan.
Seumpama aman dan tak menimbulkan efek, vaksin akan diuji coba ke manusia dengan proses tertentu. “Nanti dilihat apakah vaksin yang disuntikkan akan memproteksi virus,” katanya.
Tak hanya melihat efek jangka pendek, pengujian vaksin mesti memperhitungkan dampak jangka panjang. Di samping itu, lembaga peneliti pun harus menghitung parameter-parameter khusus.
Meski demikian, agar penelitian vaksin berjalan dengan cepat dan efektif, Nurma mengatakan butuh kolaborasi berbagai pihak, seperti pemerintah, peneliti, hingga industri farmasi. “Kalau menunggu jangka panjang, kita akan kehabisan waktu,” ucapnya. <!--more--> Hingga kini, Nurma mengatakan belum ada satu pun obat yang terbukti menyembuhkan penyakit yang ditimbulkan akibat virus corona Covid-19. Begitu pun dengan vaksin. Saat ini antivirus itu masih terus dikembangkan.
Pemerintah memastikan vaksin Covid-19 akan masuk ke Indonesia pada akhir November. Namun, vaksin tidak bisa langsung disuntikkan kepada masyarakat. Masyarakat baru akan menerima imunisasi vaksin sekitar akhir 2020 atau awal 2021.