Bos BCA Curhat Soal Seretnya Penyaluran Kredit, Mulai KPR hingga Kendaraan

Reporter

Bisnis.com

Selasa, 10 November 2020 13:15 WIB

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyampaikan keterangannya seusai membuka acara BCA Expo Jakarta 2019 yang digelar di International Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang, Banten, pada Sabtu, 26 Oktober 2019. TEMPO/Francisca Christy Rosana

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk atau BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan penyaluran kredit menjadi usaha bank yang paling parah terkena dampak Covid-19. Bahkan, sejumlah sektor mengalami pertumbuhan kredit minus karena tingginya nilai pelunasan daripada penyaluran baru.

"Kejadian-kejadian ini betul-betul buat negatif carry, tapi kami tetap berusaha lepaskan kredit. Namun, pengembalian pinjaman itu kurangi outstanding balance yang terjadi di bank, ini perlu penjelasan jelas agar tahu betapa sulitnya," katanya dalam dalam webinar forum sektor jasa keuangan, Selasa, 9 November 2020.

Jahja mencontohkan kredit sektor korporasi yang disalurkan BCA selama September 2020 adalah senilai Rp 45 triliun, tetapi pengembalian cicilannya mencapai Rp 30 triliun. Artinya, secara nett, kredit korporasi BCA hanya tumbuh Rp 15 triliun.

Begitu juga dengan kredit pemilikan rumah (KPR) yang normalnya disalurkan Rp 2,5 triliun per bulan. Namun, selama Covid-19, penyalurannya menurun menjadi Rp 1 triliun per bulan.

Nilai pengembalian kredit KPR pun lebih besar lagi yakni Rp 1,8 triliun sehingga membuat pertumbuhan kredit minus Rp 800 miliar.

Sektor otomotif, lanjutnya, lebih parah lagi. Dari normalnya penyaluran kredit per bulan Rp 2,5 triliun, nilai kredit baru pada April 2020 hanya Rp 90 miliar, sedangkan pelunasan yang dibayarkan Rp 2 triliun.
<!--more-->
Meskipun kredit untuk kendaraan bermotor (KKB) sudah mulai naik menjadi Rp 200 miliar pada Mei 2020, pertumbuhannya tetap saja negatif karena pelunasannya masih lebih besar. Sementara itu, pada Juni 2020 penyaluran KKB sudah menyentuh Rp 400 miliar dan mendekati Rp 1 triliun sampai saat ini.

Menurutnya, permintaan kredit rendah salah satunya disebabkan oleh kelompok menengah ke atas yang menahan belanja. Sebaliknya, aktivitas belanja kelas menengah ke bawah masih stagnan.

"Credit card lebih parah lagi, masih utama kalau belanja kendaraan drop 22 persen artinya apa, tidak ada suatu pencairan dana dari orang yang mampu belanja, padahal bisa dorong ekonomi," katanya.

BISNIS

Berita terkait

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

11 jam lalu

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

PT Bank OCBC NISP Tbk. mencetak laba bersih yang naik 13 persen secara tahunan (year on year/YoY) menjadi sebesar Rp 1,17 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

18 jam lalu

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

1 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

1 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

2 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

2 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

3 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

5 hari lalu

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

BTN mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 7,4 persen menjadi Rp 860 miliar pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

6 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya