Joe Biden Kian Unggul di Pilpres AS, IHSG Meroket Hingga Menyentuh 5.250,32
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 5 November 2020 16:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Potensi kemenangan Joe Biden di pemilihan presiden Amerika Serikat atau Pilpres AS berimbas ke kinerja bursa saham Tanah Air. Indeks harga saham gabungan atau IHSG ditutup menguat di level 5.250,33 pada perdagangan sore hari ini.
Investor seperti tak lagi memperhatikan pengumuman resmi Badan Pusat Statistik soal resesi perekonomian yang dialami Indonesia. Indeks komposit sebelumnya terpantau tancap gas sejak awal perdagangan hingga menutup pergerakan di level tertingginya hari ini.
Dari seluruh saham yang diperdagangkan di bursa, sebanyak 320 saham menghijau, sedangkan 140 lainnya melemah. Sisanya, atau sebanyak 150 saham lainnya stagnan alias tak bergerak dari posisinya semula.
Seluruh sektor terpantau menguat, dipimpin oleh sektor infrastruktur dan sektor keuangan yang masing-masing naik 4,67 persen dan 4,31 persen. Setelah itu ada sektor industri dasar yang naik 3,8 persen.
Adapun, saham-saham big caps menjadi incaran beli asing antara lain PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) dengan net foreign buy masing-masng Rp 492,8 miliar, Rp 257,4 miliar, dan Rp 47,1 miliar.
<!--more-->
Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan salah satu pendorong IHSG hari ini adalah apresiasi pasar terhadap kemungkinan calon presiden asal Partai Demokrat, Joe Biden, memenangi Pemilu AS.
Hal ini melanjutkan tren yang terjadi pada perdagangan kemarin. Di sesi pertama perdagangan kemarin, Rabu, 4 November 2020, indeks menghijau ketika di awal perhitungan suara Biden memimpin.
Namun, kondisi berbalik ketika suara untuk petahana Donald Trump mulai mengejar berbarengan sesi kedua perdagangan dan pasar pun memerah. “Jadi terlihat sentimennya, tadi malam peluang Biden menang membesar lagi, market di AS pun ditutup positif dan kita juga ikut menguat terlihat pagi langsung naik signifikan,” ucapnya, Kamis, 5 November 2020.
Sementara itu, sentimen terkait resesi di dalam negeri hanya berdampak sesaat terhadap pergerakan IHSG. “Saya lihat itu hanya turun sesaat dari poin 108 positifnya, hanya turun ke level 90an poin, setelah itu indeks terus mengalami penguatan. Ini juga hasilnya di atas konsensus, jadi bisa dibilang cukup baik sih enggak, tapi sudah ada recovery yang cukup besar dari kuartal kemarin dan kemungkinan di Q4 akan terus menguat lagi,” tutur Alfred.
Berbeda dengan respons masyarakat umum, menurut dia, para investor sudah mengantisipasi dan cenderung merespons pengumuman resesi dengan rasional. Artinya, investor melihat pengumuman resesi hanya sebagai terminologi yang mengklasifikasikan penurunan PDB dua kuartal berturut-turut.
BISNIS
Baca: Kemenangan Joe Biden Dinilai Tak Menguntungkan bagi Pengusaha Sawit RI