Ekonom Ungkap Penyebab Investor Memilih Joe Biden Ketimbang Donald Trump

Kamis, 5 November 2020 06:00 WIB

Joe Biden. REUTERS/Kevin Lamarque

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai hasil sementara Pilpres AS yang menunjukkan persaingan ketat antara Donald Trump dan Joe Biden berpotensi memicu kekhawatiran investor karena ekspektasi pasar cenderung memilih Joe Biden.

“Kalau Trump menang, ada potensi risiko sentimen akan kembali meningkat lagi sehingga cenderung akan pegang safe heaven aset dulu yakni dolar AS,” Josua Pardede dihubungi di Jakarta, Rabu 4 November 2020.

Menurut dia, dengan kondisi seperti itu akan mendorong permintaan terhadap dolar meningkat sehingga membuat dolar AS menguat.

Dampaknya, lanjut dia, nilai tukar mata uang negara berkembang akan melemah termasuk pasar keuangan yang berpotensi terkoreksi.

“Sehingga investor memilih memegang dolar sehingga permintaan dolar AS meningkat, akhirnya semua mata uang di Asia relatif akan cenderung melemah dan pasar keuangan berpotensi terkoreksi kalau seandainya tidak sesuai harapan pasar,” katanya.

Advertising
Advertising

<!--more-->

Persaingan ketat pada penghitungan suara Trump dan Biden itu, lanjut dia, sudah menimbulkan respons beragam pelaku pasar yakni menguatnya dolar AS dan sebagian pasar saham terkoreksi, begitu juga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurun 1,05 persen ke level 5.105 atau turun 54,25 poin.

“Lalu pasar saham Eropa siang dibuka cenderung melemah, sehingga ini responsnya agak beragam dan mata uang cenderung melemah meski rupiah ditutup menguat tapi keseluruhan Asia mata uangnya melemah,” katanya.

Josua mengatakan pelaku pasar keuangan global lebih memilih Joe Biden karena kebijakannya dinilai lebih antisipatif dibandingkan Trump yang cenderung diwarnai ketidakpastian dan banyak kejutan.

Selain itu, lanjut dia, stimulus lebih besar yang diinginkan partai pengusung Biden juga dinilai akan mendorong likuiditas dolar di pasar keuangan global sehingga mendukung potensi penguatan mata uang negara berkembang dan dampaknya aliran modal asing masuk ke negara berkembang.

“Biden dianggap cenderung lebih baik secara umum dalam menjaga stabilitas pasar keuangan dan mempercepat pemulihan ekonomi global dan di AS dengan jumlah stimulus yang besar itu, beda dengan Biden, Trump penuh ketidakpastian, mungkin itu yang kurang disukai pasar,” imbuhnya.

Baca: Data Ekonomi RI Positif, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat

Berita terkait

IPA Convex ke-48 Dihelat Pekan Depan, Ingin Menarik Kembali Investasi Migas ke Indonesia

1 jam lalu

IPA Convex ke-48 Dihelat Pekan Depan, Ingin Menarik Kembali Investasi Migas ke Indonesia

IPA Convex ke-48 bertema Gaining Momentum to Advice Sustainable Energy Security in Indonesia and The Region.

Baca Selengkapnya

4 Heboh Pernyataan Xenophobia Joe Biden ke Cina, Jepang, dan India

9 jam lalu

4 Heboh Pernyataan Xenophobia Joe Biden ke Cina, Jepang, dan India

Joe Biden menyebut xenophobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di tiga negara ekonomi terbesar di Asia tersebut.

Baca Selengkapnya

India Sangkal Pernyataan Xenophobia Joe Biden, Ini Sebabnya

18 jam lalu

India Sangkal Pernyataan Xenophobia Joe Biden, Ini Sebabnya

Joe Biden mengatakan xenophobia di Cina, Jepang dan India menghambat pertumbuhan di masing-masing negara, sementara migrasi berefek baik bagi ekonomi.

Baca Selengkapnya

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

19 jam lalu

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.

Baca Selengkapnya

Usai Bendesa Adat Tersangka Pemerasan, Kejati Bali Buka Peluang Koordinasi dengan Majelis Desa Adat

1 hari lalu

Usai Bendesa Adat Tersangka Pemerasan, Kejati Bali Buka Peluang Koordinasi dengan Majelis Desa Adat

Kejati Bali membuka peluang berkoordinasi dengan Majelis Desa Adat Bali usai menetapkan Bendesa Adat Berawa sebatersangka pemerasan investor.

Baca Selengkapnya

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

4 hari lalu

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

Presiden AS Joe Biden mengkritik gelombang unjuk rasa pro-Palestina yang berlangsung di berbagai kampus di seluruh negeri.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

4 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

4 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

4 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

4 hari lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya