Sebut RI Miliki Daya Tahan, Airlangga Optimistis Ekonomi Segera Pulih
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Sabtu, 24 Oktober 2020 19:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis ekonomi segera pulih dan kembali ke jalur positif. Hal itu, kata dia dilihat dari sejumlah indikator yang menunjukkan tren membaik, mulai dari realisasi penanaman modal, neraca perdagangan, inflasi, kinerja pasal modal, stabilitas sektor jasa keuangan, hingga ketahanan sektor eksternal.
"Pemerintah sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi di akhir tahun kita masuk di zona range antara minus 1,7 sampai 0,6 dan tahun depan 4,5 sampai 5,5 persen," kata Airlangga dalam diskusi virtual, Sabtu, 24 Oktober 2020.
Sebelumnya, Lembaga Internasional memproyeksikan Ekonomi Global 2020 terkoreksi cukup tajam, namun pada 2021 akan membaik. “Indonesia diprediksi oleh berbagai lembaga. Di tahun 2020, IMF memprediksi -0,3 persen, World Bank 0,0 persen, ADB -1,0 persen; dan OECD -3,3 persen," ujarnya.
Sedangkan proyeksi di tahun 2021 seluruhnya positif. IMF memprediksi 6,1 persen, World Bank 4,8 persen; ADB 5,3 persen; dan OECD 5,3 persen.
Ia pun menerangkan, realisasi Penanaman Modal sampai dengan September 2020 sebesar Rp 611,6 triliun atau tumbuh 1,7 persen (yoy). Capaian tersebut merupakan 74,8 persen dari target Penanaman Modal di tahun 2020 sebesar Rp 817,1 triliun.
<!--more-->
“Secara kumulatif, penyerapan tenaga kerja dari penanaman modal tersebut hingga September 2020 mencapai 861.581 tenaga kerja atau naik 22,50 persen (yoy) dibanding tahun lalu,” ujar Airlangga.
Adapun kinerja Perdagangan Luar Negeri hingga September 2020 mencatat surplus. Hal ini terjadi seiring penurunan impor lebih dalam dibanding ekspor sehingga neraca perdagangan Januari sampai September 2020 surplus US$ 13,51 miliar.
Angka ini lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu defisit US$ 2,24 miliar dengan total defisit 2019 sebesar US$ 3,59 miliar.
Perkembangan inflasi di tengah pandemi dipengaruhi oleh kestabilan harga yang terjaga dan kondisi permintaan yang masih membutuhkan dorongan. Dukungan stimulus perlindungan sosial diberikan agar dapat mendorong naiknya permintaan melalui peningkatan daya beli masyarakat.
Di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi global, kata dia, stabilitas sektor eksternal masih terjaga. Cadangan devisa tetap memadai untuk pembayaran utang luar negeri dan stabilisasi nilai tukar.
<!--more-->
Kinerja pasar modal juga mulai menunjukkan pemulihan sejak penurunan tajam pada 24 Maret 2020. Dari saham sektoral, sektor industri dasar dan pertanian telah meningkat di atas 40 persen sejak titik terendahnya.
“Kalau kita lihat pasar modal, kita sudah kembali ke jalur 5.000, dari titik terendah di bulan Maret 2020 kemarin. Kita tetap punya daya tahan,” kata Airlangga.
Ia pun menegaskan stabilitas sektor jasa keuangan masih terjaga. Ke depan, dengan adanya program seperti Penempatan Dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di perbankan, diharapkan stabilitas dan pertumbuhan sektor jasa keuangan terus menguat.
Kendati begitu, pemerintah mengakui pandemi Covid-19 menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran. Sebelum pandemi terdapat 6,9 juta pengangguran, belum termasuk 3,5 juta pekerja yang di-PHK atau dirumahkan, dan 3 juta angkatan kerja baru yang setiap tahun membutuhkan pekerjaan. Sehingga total kebutuhan lapangan kerja baru mencapai sekitar 13,4 juta.
Baca: Airlangga Sebut Vaksin Covid-19 Tunggu Izin BPOM
HENDARTYO HANGGI