Luhut Sebut Kerugian Bali Capai Rp 9 T per Bulan Akibat Pandemi
Reporter
Francisca Christy Rosana
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Rabu, 7 Oktober 2020 16:18 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan kerugian yang dialami Bali selama masa pandemi corona mencapai Rp 9 triliun per bulan. Kerugian terjadi akibat amblasnya jumlah kunjungan wisatawan asing alias wisman hingga 99 persen.
“Ini masalah besar yang harus dihadapi. Tenaga kerja formal di Bali mengalami PHK, baik itu pemandu wisata, buruh. Ada juga nelayan dan sebagainya,” ujar Luhut dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Rabu, 7 Oktober 2020.
Selama ini, tutur Luhut, perekonomian Bali sangat tergantung pada pergerakan wisatawan. Kondisi itu tercermin dari melemahnya pertumbuhan ekonomi setelah tingkat kunjungan turis amblas.
Pada kuartal pertama, pertumbuhan ekonomi Pulau Dewata sudah mengalami kontraksi sebesar -1,14 persen secara year on year di saat perekonomian nasional masih tumbuh positif. Perekonomian Bali melemah akibat kunjungan turis, utamanya dari Cina, terhenti sejak awal tahun karena meruaknya kasus corona di negara itu.
Sedangkan pada kuartal kedua, pertumbuhan ekonomi Bali anjlok sangat tajam menjadi -10,98 persen secara year on year. Kondisi ini terjadi lantaran Bali juga telah kehilangan turis domestik setelah aturan larangan mudik diberlakukan pada Mei lalu.
<!--more-->
Bercermin dari situasi tersebut, Luhut mengatakan Bali semestinya tidak lagi mengandalkan pendapatannya hanya dari sektor pariwisata. “Jangan hanya andalkan turis. Tapi juga peternakan ikan, diving, dan seterusnya,” kata Luhut.
Sebagai upaya untuk memulihkan perekonomian, Luhut mengatakan pemerintah tengah melaksanakan program padat karya restorasi terumbu karang atau Indonesia Coral Reef Garden (ICRG). Sebanyak 11.327 ribu pekerja lokal Bali yang memiliki kompetensi akan terserap dalam program tersebut.
Adapun tenaga kerja yang bakal terlibat dalam program restorasi terumbu karang meliputi penyelam, seniman patung, penjual makanan atau katering, pekerja bengkel las, akademikus, penyedia layanan transportasi, karang taruna, pecalang, hingga pemangku adat. Mereka yang berprofesi di bidang itu dianggap paling terdampak pandemi corona.
Luhut menjelaskan, program restorasi terumbu karang dilaksanakan di perairan seluas 50 hektare. Lokasi pelaksanaan program dibagi atas lima titik. Titik pertama berada di Serangan seluas 6 hektare. Titik kedua dipusatkan di Pandawa seluas 7 hektare.
Selanjutnya, titik tiga berada di Buleleng tengah dengan luas restorasi 4 hektare. Titik keempat dilakukan di Sanur dengan luas area restorasi 8 hektare. Titik terakhir atau kelima dilakukan di Nusa Dua dengan luas mencapai 25 haktare.
<!--more-->
Lebih lanjut, program restorasi terumbu karang dilaksanakan menggunakan anggaran Kementerian Kelautan dan Perikanan sebesar Rp 111,23 miliar. Luhut mengatakan program yang sama akan dilanjutkan pada tahun mendatang untuk meningkatkan nilai ekonomi dari sisi kemaritiman.
“Sudah dilaporkan ke Presiden (Joko Widodo atau Jokowi), tahun depan kalau bisa ada beberapa ratus hektare replanting dari program ini,” ucapnya.
Baca juga: Luhut: Tingkat Kesembuhan Pasien Covid-19 di Bali Hampir 84 Persen
FRANCISCA CHRISTY ROSANA