Ditawarkan Pemerintah 1 Oktober, Kupon ORI018 Diperkirakan Sekitar 6 Persen

Reporter

Bisnis.com

Selasa, 29 September 2020 05:22 WIB

Obligasi Ritel Indonesia Surat Utang ORI 016

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah analis memperkirakan kupon obligasi ritel Indonesia atau ORI018 yang akan ditawarkan pemerintah pada Kamis, 1 Oktober 2020, tidak akan jauh dari level 6 persen.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto memprediksi kupon yang ditawarkan ORI018 tak akan jauh berbeda dari kupon obligasi ritel syariah yang diterbitkan sebelumnya yaitu SR013 yang sebesar 6,05 persen karena karakteristik kedua instrumen tersebut hampir mirip. “Menurut saya mungkin 6 persen atau turun sedikit karena permintaan cukup baik, bisa di 6,05 persen bisa di 6 persen atau 5,9 persen,” kata Ramdhan kepada Bisnis, Senin, 28 September 2020.

Dia mengatakan bahwa penetapan kupon obligasi ritel oleh pemerintah selalu menyesuaikan dengan kondisi atau yield di pasar pada saat penerbitan. Menurut Ramdhan, kondisi saat ini belum jauh berbeda dibandingkan masa pemerintah menerbitkan SR013 pada akhir Agustus 2020.

Adapun, saat ini yield obligasi SUN tenor 5 tahun berada di sekitar 5 persen. Sehingga, untuk menarik investor nantinya pemerintah akan menawarkan kupon yang lebih tinggi sedikit dari SUN tersebut.

Mengenai dibukanya masa early redemption untuk Savings Bond Retail (SBR) 008 mulai Senin ini, Ramdhan memperkirakan tidak akan banyak investor yang akan memanfaatkan fasilitas tersebut.

Pasalnya, kupon yang ditawarkan SBR008 masih tinggi sehingga investor cenderung akan memegang hingga jatuh tempo (hold to maturity).

Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan di tengah situasi saat ini investor pada dasarnya tak memiliki banyak pilihan aset investasi karena ketidakpastian sangat tinggi.

“Lelang FR memang tipis tapi kalau Sukuk Ritel (SR) maupun Obligasi Negara Ritel (ORI) malah rekor permintaannya. Saya yakin nant ORI018 juga pasti menarik sepanjang imbal hasilnya di atas 5,5 persen,” ujar Wawan.

Permintaan atas SR013 yang jauh melebihi target disebut Wawan menjadi bukti bahwa kebutuhan investor terutama dari kalangan ritel masih tinggi untuk investasi yang dipandang aman dan menguntungkan.

Apalagi, obligasi ritel memberikan kupon atau imbal hasil tetap setiap bulan. Hal ini jauh lebih menarik ketimbang masyarakat menempatkan dana di bank lewat deposito dengan suku bunga rendah.

Namun, kata dia, investor tetap perlu melakukan alokasi aset. Penempatan saham yang sama sekali tidak ada pada masa pandemi bisa membuat masyarakat tak dapat menikmati kenaikan pasar saham saat ekonomi pulih.

Wawan menyarankan masyarakat berpegang pada skema investasi 5-3-2, yaitu penempatan 50 persen pada instrumen berbasis pendapatan tetap, 30 persen pada instrumen pasar uang, dan 20 persen pada saham.

BISNIS

Berita terkait

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

37 hari lalu

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

CIMB Niaga mendorong masyarakat untuk giat berinvestasi, salah satunya dengan menempatkan dana dengan nominal paling terjangkau mulai dari Rp 10 ribu.

Baca Selengkapnya

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

3 Februari 2024

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

ORI025 menggunakan jenis kupon tetap atau fixed rate

Baca Selengkapnya

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

24 Januari 2024

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

DBS Group Research memproyeksikan investasi aset-aset yang berisiko lebih menjanjikan. Obligasi korporasi dengan peringkat A atau BBB yang terbaik.

Baca Selengkapnya

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

9 Januari 2024

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

OJK optimistis industri pasar modal Indonesia masih tumbuh luas untuk semakin memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian nasional.

Baca Selengkapnya

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

29 Desember 2023

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

Ekonom senior Indef Aviliani mengatakan pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan hanya 4 persen.

Baca Selengkapnya

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

19 Desember 2023

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

Stafsus Erick Thohir menanggapi kreditur obligasi Waskita Karya yang belum menyetujui skema restrukturisasi.

Baca Selengkapnya

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

14 Desember 2023

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

Ruang bagi Otorita IKN Nusantara menerbitkan obligasi dan sukuk sudah terbuka dengan adanya klausul dalam revisi UU IKN Nusantara.

Baca Selengkapnya

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

30 November 2023

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menjelaskan bahwa pengurus AAJI selalu menyampaikan prinsip kehati-hatian dalam tata kelola investasi kepada anggotanya.

Baca Selengkapnya

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

30 November 2023

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

Waskita Karya mengalami masalah keuangan yakni gagal bayar bunga dan pelunasan obligasi perseroan.

Baca Selengkapnya

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

28 November 2023

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

PT Waskita Karya (Persero) Tbk. berpotensi bakal delisting saham dari BEI karena beberapa alasan. Apa saja penyebabnya?

Baca Selengkapnya