Saham Emiten Farmasi jadi Primadona, Beli Saat Ini atau Nanti?

Senin, 28 September 2020 20:34 WIB

Karyawan mengamati layar pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis, 10 September 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Kamis pagi pukul 10.36 WIB turun tajam sebesar lima persen pada level 4.892,87 atau turun 257,49 poin sehingga BEI kemudian memutuskan melakukan trading halt atau pembekuan sementara perdagangan. ANTARA/Reno Esnir

TEMPO.CO, Jakarta - Para analis menilai penguatan harga saham emiten farmasi memang sangat bergantung pada pemberitaan mengenai perkembangan vaksin yang beredar saat ini.

Hal ini berdampak lebih signifikan terhadap emiten BUMN farmasi yang ditugaskan oleh pemerintah untuk mempercepat pengadaan vaksin Covid-19 di dalam negeri.

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan program pemerintah saat ini sangat mendukung pengembangan vaksin dalam negeri, sehingga peluang untuk perusahaan swasta lain yang juga berinisiatif untuk juga melakukan pengadaan vaksin menjadi dinomorduakan.

“Pemerintah memang punya tanggung jawab untuk vaccine mandatory secara keseluruhan untuk warganya. Dalam artian, kalau ada program vaksin dari pemerintah kenapa juga harus pakai vaksin yang lain?” ungkap Alfred kepada Bisnis, Senin 28 September 2020.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan hari ini, saham PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) memimpin penguatan saham emiten sektor farmasi dengan kenaikan harga saham sebesar 6,25 persen ke level Rp3.060.

Advertising
Advertising

Penguatan ini diikuti oleh saham PT Indofarma Tbk. (INAF) sebesar 5,84 persen ke level Rp3.080 dan PT Phapros Tbk. (PEHA) dengan penguatan sebesar 4,45 persen ke level Rp1.525.

<!--more-->

Alfred juga menilai penguatan harga saham emiten BUMN farmasi seperti KAEF dan INAF juga dipengaruhi oleh faktor kepemilikan saham oleh masyarakat yang masih sedikit. Akibatnya harga kian menggelembung ketika tersulut sentimen positif.

Berdasarkan komposisi pemegang sahamnya, publik hanya memiliki 9,97 persen saham KAEF yang beredar. Di sisi lain, saham INAF juga hanya dimiliki 11,99 persen oleh publik.

Lebih lanjut, Alfred menilai kinerja fundamental saham emiten farmasi saat ini sudah berada pada tahap irasional jika dibandingkan dengan pergerakan sahamnya. Sebagai contoh, INAF baru mencatatkan keuntungan untuk kinerja pada tahun 2019 lalu dalam lima tahun terakhir.

“Masyarakat ini terlalu yakin sekali terhadap perbaikan kinerja. Ini yang menurut saya alasan mengapa harganya bubble, karena book value-nya (INAF) hampir 20 kali,” sambungnya.

Senada, Head of Research Reliance Lanjar Nafi mengatakan pergerakan saham farmasi memang memiliki momentum yang cukup tinggi saat ini.

<!--more-->

“Pergerakan penguatan saham farmasi didorong oleh sentimen vaksin Covid-19 yang dimana dikabarkan telah mulai diproduksi dan siap didistribusikan akhir tahun ini,” ungkapnya kepada Bisnis.

Namun, ia menilai kondisi pasar saat ini masih rentan aksi tunggu investor mengenai data-data ekonomi Indonesia terutama data pertumbuhan GDP (gross domestic product) yang diperkirakan kembali tumbuh negatif yang dimana hal tersebut akan menjadi sinyal resesi.

“Potensi penguatan lanjutan untuk saham farmasi tersebut masih ada tapi hanya saja dalam waktu dekat akan cenderung terbatas mengingat momentum pergerakan harga sahamnya sudah sangat tinggi,” sambungnya.

Secara teknikal, analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan peluang penguatan pada emiten BUMN farmasi saat ini cenderung kecil.

“Dari sisi teknikal, penguatan 2 hari ini dapat dikategorikan sebagai technical rebound, setelah melemah dalam jangka waktu 3 minggu terakhir yang disebabkan oleh sentimen vaksin corona yang kembali beredar di market,” sambungnya.

Pada penutupan perdagangan awal pekan ini, lanjutnya, saham emiten BUMN farmasi membentuk candle shooting star yang dapat dikategorikan sebagai candle reversal sehingga terdapat potensi terjadinya reversal kembali menjadi downtrend.

Berdasarkan analisanya, PEHA memiliki level resisten Rp1.720-Rp1.800 dan support Rp1.320-Rp1350, KAEF mempunyai level resistan Rp3.575 dan support Rp2.850-Rp2.880 dan INAF yang mempunyai level resisten Rp3.600 dan support pada level Rp2.700-Rp2780.

Baca juga: Saham Rokok dan Consumer Rontok Usai Sri Mulyani Prediksi Kuartal Tiga Minus

Berita terkait

Samuel Sekuritas: IHSG Berhasil Tembus ke Zona Hijau, Saham Lippo Karawaci Melejit

3 jam lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Berhasil Tembus ke Zona Hijau, Saham Lippo Karawaci Melejit

IHSG menutup sesi pertama hari Ini di level 7,150,9 atau +0.22 persen.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Resmi Tutup, Apa Sebabnya?

1 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Resmi Tutup, Apa Sebabnya?

PT Sepatu Bata resmi menutup pabriknya di Purwakarta yang telah dibangun sejak 1994. Pabrik ditutup imbas kerugian dan tantangan industri.

Baca Selengkapnya

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

3 hari lalu

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

Saham Freeport akhirnya 61 persen dikuasai Indonesia, berikut kronologi dari jatuh ke Bakrie sampai skandal Papa Minta Saham Setya Novanto.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

4 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

7 hari lalu

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

IHSG menguat 0,86 persen ke level 7.097,2 dalam sesi pertama perdagangan Senin, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

10 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut RI Ketergantungan Impor Produk Farmasi dan Alat Kesehatan

11 hari lalu

Jokowi Sebut RI Ketergantungan Impor Produk Farmasi dan Alat Kesehatan

Presiden Jokowi mengharapkan industri kesehatan dalam negeri makin diperkuat.

Baca Selengkapnya

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

11 hari lalu

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

Presdir Unilever Indonesia, Benjie Yap mengatakan salah satu hal yang penting bagi investor adalah fundamental bisnis.

Baca Selengkapnya

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

11 hari lalu

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

PT Unilever Indonesia Tbk. meraup laba bersih Rp 1,4 triliun pada kuartal pertama tahun 2024 ini.

Baca Selengkapnya

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

12 hari lalu

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

IHSG sesi I ditutup menguat 0,81 persen ke level 7.168,5. Nilai transaksi mencapai Rp 6,6 triliun.

Baca Selengkapnya