Beras Selundupan Matikan Perdagangan Beras Antarpulau
Rabu, 27 Agustus 2003 17:11 WIB
Menurut Direktur Operasi Perum Bulog Bambang Budi Prasetyo, beras tersebut masuk ke dalam negeri melalui penyelundupan.Ia sendiri menyakini hal itu terjadi karena tingginya disparitas harga produksi di tanah air dan negara penghasil beras lain di kawasan. Umumnya para penyelundup menggunakan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan kapal-kapal kecil, sehingga tidak perlu merapat di pelabuhan yang diawasi penjaga pantai, tetapi cukup dengan merapat di pantai atau dermaga tradisional.
Bambang mengakui bahwa memang pihaknya belum memiliki data pasti jumlah beras selundupan itu. Yang jelas, indikasinya kuat, dari harga yang masih rendah meskipun musim panen telah lama berlalu.
Menurut Bambang, sebagian besar beras selundupan itumengalir dari Batam dan sejumlah pelabuhan lain yang dekat seperti Tanjung Balai, Asahan, Karimun dan Kuala Tungkang. Batam sendiri telah ditetapkan sebagai daerah perdagangan bebas. Oleh sebab itu, ia mengusulkan agar produk-produk pertanian, terutama beras, yang melalui Batam tetap dikenakan bea masuk. Sebagai gambaran, kata Bambang, harga beras Vietnam di Batam Rp 1.650 per kilogram. Bila diselundupkan ke pulau lain, harganya tetap lebih murah dibandingkan beras lokal yang berkisar Rp 2.200, katanya.
Beberapa hari lalu, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Siswono Yudo Husodo, mengatakan, berdasarkan catatan The Rice Trader, beras yang masuk ke Indonesia sepanjang Januari-Mei 2003 sebanyak 1,428 juta ton. Sedangkan, yang tercatat pada Bea Cukai hanya 861,64 ribu ton. Selisihnya adalah selundupan, katanya.
(adek-tnr)