TEMPO Interaktif, Jakarta:Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara meminta badan usaha besar memindahkan simpanan dolar Amerika Serikat ke dalam negeri. Langkah ini diharapkan bisa menjaga kebutuhan devisa terkait krisis ekonomi global akibat resesi keuangan di Amerika Serikat.
"Kami himbau supaya dipindahkan ke sistem perbankan domestik saja," kata Menteri Negara BUMN, Sofyan Djalil, di gedung Garuda, Jakarta, Senin (6/10).
Sofyan mengatakan, himbauan ini diutamakan bagi Badan Usaha Milik Negara yang memiliki banyak dolar Amerika Serikat. Ia mencontohkan, PT Pertamina, PT Perusahaan Listrik Negara, PT Aneka Tambang Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT Timah Tbk. dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. "Kecuali dolar tersebut akan dipakai untuk proyek dan kebutuhan di luar negeri," ujarnya.
Selain itu, kata dia, Kementerian berencana menyiapkan tindakan khusus terhadap badan usaha pelat merah yang memiliki <I>over exposure</I>. Caranya dengan memanggil sejumlah BUMN tersebut, termasuk yang punya proyek besar dengan menggunakan dolar. "Mereka perlu ditinjau lagi, terutama yang <I>missmatch</I> (timpang)," kata Sofyan.
Namun, Sofyan menegaskan tindakan ini tak dilakukan terhadap BUMN perbankan. Pasalnya, bank milik negara sudah mendapat pengawasan ketat dari Bank Indonesia. Meski begitu, kata Sofyan, belum ada laporan pengaruh krisis terhadap BUMN yang terdaftar di bursa. "Karena sejauh ini dampaknya terhadap ekonomi domestik tidak banyak," ujar dia.
WAHYUDIN FAHMI
"Kami himbau supaya dipindahkan ke sistem perbankan domestik saja," kata Menteri Negara BUMN, Sofyan Djalil, di gedung Garuda, Jakarta, Senin (6/10).
Sofyan mengatakan, himbauan ini diutamakan bagi Badan Usaha Milik Negara yang memiliki banyak dolar Amerika Serikat. Ia mencontohkan, PT Pertamina, PT Perusahaan Listrik Negara, PT Aneka Tambang Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT Timah Tbk. dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. "Kecuali dolar tersebut akan dipakai untuk proyek dan kebutuhan di luar negeri," ujarnya.
Selain itu, kata dia, Kementerian berencana menyiapkan tindakan khusus terhadap badan usaha pelat merah yang memiliki <I>over exposure</I>. Caranya dengan memanggil sejumlah BUMN tersebut, termasuk yang punya proyek besar dengan menggunakan dolar. "Mereka perlu ditinjau lagi, terutama yang <I>missmatch</I> (timpang)," kata Sofyan.
Namun, Sofyan menegaskan tindakan ini tak dilakukan terhadap BUMN perbankan. Pasalnya, bank milik negara sudah mendapat pengawasan ketat dari Bank Indonesia. Meski begitu, kata Sofyan, belum ada laporan pengaruh krisis terhadap BUMN yang terdaftar di bursa. "Karena sejauh ini dampaknya terhadap ekonomi domestik tidak banyak," ujar dia.
WAHYUDIN FAHMI
