The Fed Pertahankan Suku Bunga Acuan 0,25 Persen Hingga 2023

Kamis, 17 September 2020 08:34 WIB

Orang-orang berhjalan di samping gedung bank sentral AS, Federal Reserve atau The Fed, September 14, 2008.[REUTERS /Chip]

TEMPO.CO, Jakarta - Bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) pada Rabu waktu setempat atau Kamis pagi WIB memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level terendah mendekati nol. Federal Open Market Committee (FOMC) menyebutkan kisaran target suku bunga dana federal dipertahankan pada 0 hingga 0,25 persen, tingkat yang belum berubah sejak Maret.

The Fed mengisyaratkan kisaran target suku bunga tersebut dipertahankan hingga setidaknya pada 2023. Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan keputusan tersebut diambil setelah memperhatikan pemulihan yang telah berkembang lebih cepat dari yang diperkirakan secara umum.

Meski begitu, aktivitas keseluruhan tetap jauh di bawah level sebelum pandemi dan masih ada ketidakpastian yang besar di masa mendatang. Hal tersebut disampaikan Powell pada konferensi pers virtual Rabu sore, 16 September 2020 setelah pertemuan kebijakan dua hari Fed.

Sebagai gambaran, sekitar setengah dari 22 juta pekerjaan yang hilang pada Maret dan April telah diperoleh kembali ketika banyak orang kembali bekerja, tapi tingkat pengangguran tetap tinggi di 8,4 persen pada Agustus. Tingkat pengangguran kemungkinan tiga persen lebih tinggi dari data resmi, mengingat orang-orang yang salah diidentifikasi sebagai pekerja dan menurunnya partisipasi angkatan kerja.

Federal Open Market Committee (FOMC) memproyeksikan tingkat pengangguran akan terus menurun, menurut proyeksi ekonomi terkini. Proyeksi median untuk tingkat pengangguran adalah 7,6 persen pada akhir tahun ini, dan 4 persen pada akhir tahun 2023. Angka tersebut masih di atas angka terendah historis 3,5 persen yang dialami negara itu sebelum pandemi Covid-19.

Advertising
Advertising

Adapun inflasi diperkirakan mencapai 1,2 persen pada akhir tahun ini, dan secara bertahap akan meningkat sebelum mencapai 2 persen pada akhir 2023. Bank sentral juga mencatat bahwa jalur ekonomi akan sangat bergantung pada perjalanan virus.

<!--more-->

The Fed melihat krisis kesehatan masyarakat yang sedang berlangsung akan terus membebani aktivitas ekonomi, lapangan kerja. "Dan inflasi dalam waktu dekat, dan menimbulkan risiko cukup besar terhadap prospek ekonomi dalam jangka menengah," kata The Fed dalam pernyataan FOMC terbaru.

FOMC juga menyebutkan kebijakan mempertahankan kisaran target ini akan dilakukan sampai kondisi pasar tenaga kerja mencapai tingkat yang konsisten. Tentunya dengan penilaian Komite atas lapangan kerja maksimum dan inflasi telah meningkat menjadi 2 persen dan berada di jalur yang cukup untuk melebihi 2 persen untuk beberapa waktu, menurut pernyataan.

Lebih jauh, ketika ditanya spesifik tentang lonjakan inflasi, Powell mengatakan kepada wartawan bahwa pihaknya menahan untuk mencoba membuat semacam aturan. "Kami ingin mencapai inflasi yang rata-rata 2 persen dari waktu ke waktu," kata ketua The Fed.

Kalaupun The Fed melakukan hal itu, ekspektasi inflasi akan tepat pada 2 persen. "Dan itu akan membantu kami mencapai inflasi 2 persen dari waktu ke waktu dan menghindari situasi di mana bank sentral kehilangan kemampuannya untuk mendukung perekonomian."

Powell juga mencatat bahwa lebih banyak dukungan fiskal mungkin diperlukan untuk mendukung pemulihan ekonomi. Sebab, tingkat pengangguran tetap tinggi, banyak usaha kecil sedang kesulitan, dan pemerintah negara bagian dan pemerintah daerah berada dalam situasi keuangan yang mengerikan.

Ia menyebutkan diperlukan beberapa saat untuk kembali ke tingkat aktivitas ekonomi dan lapangan kerja yang berlaku pada awal tahun ini. "Dan mungkin diperlukan dukungan lanjutan dari kebijakan moneter dan fiskal untuk mencapai itu."

ANTARA

Baca: Rupiah Menguat ke Rp 14.068 per USD Dipicu Stimulus Baru The Fed

Berita terkait

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

1 jam lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

1 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

2 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

2 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

5 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

6 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

6 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

6 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

6 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya