The Fed Pertahankan Suku Bunga Acuan 0,25 Persen Hingga 2023
Reporter
Antara
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 17 September 2020 08:34 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) pada Rabu waktu setempat atau Kamis pagi WIB memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level terendah mendekati nol. Federal Open Market Committee (FOMC) menyebutkan kisaran target suku bunga dana federal dipertahankan pada 0 hingga 0,25 persen, tingkat yang belum berubah sejak Maret.
The Fed mengisyaratkan kisaran target suku bunga tersebut dipertahankan hingga setidaknya pada 2023. Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan keputusan tersebut diambil setelah memperhatikan pemulihan yang telah berkembang lebih cepat dari yang diperkirakan secara umum.
Meski begitu, aktivitas keseluruhan tetap jauh di bawah level sebelum pandemi dan masih ada ketidakpastian yang besar di masa mendatang. Hal tersebut disampaikan Powell pada konferensi pers virtual Rabu sore, 16 September 2020 setelah pertemuan kebijakan dua hari Fed.
Sebagai gambaran, sekitar setengah dari 22 juta pekerjaan yang hilang pada Maret dan April telah diperoleh kembali ketika banyak orang kembali bekerja, tapi tingkat pengangguran tetap tinggi di 8,4 persen pada Agustus. Tingkat pengangguran kemungkinan tiga persen lebih tinggi dari data resmi, mengingat orang-orang yang salah diidentifikasi sebagai pekerja dan menurunnya partisipasi angkatan kerja.
Federal Open Market Committee (FOMC) memproyeksikan tingkat pengangguran akan terus menurun, menurut proyeksi ekonomi terkini. Proyeksi median untuk tingkat pengangguran adalah 7,6 persen pada akhir tahun ini, dan 4 persen pada akhir tahun 2023. Angka tersebut masih di atas angka terendah historis 3,5 persen yang dialami negara itu sebelum pandemi Covid-19.
Adapun inflasi diperkirakan mencapai 1,2 persen pada akhir tahun ini, dan secara bertahap akan meningkat sebelum mencapai 2 persen pada akhir 2023. Bank sentral juga mencatat bahwa jalur ekonomi akan sangat bergantung pada perjalanan virus.
<!--more-->
The Fed melihat krisis kesehatan masyarakat yang sedang berlangsung akan terus membebani aktivitas ekonomi, lapangan kerja. "Dan inflasi dalam waktu dekat, dan menimbulkan risiko cukup besar terhadap prospek ekonomi dalam jangka menengah," kata The Fed dalam pernyataan FOMC terbaru.
FOMC juga menyebutkan kebijakan mempertahankan kisaran target ini akan dilakukan sampai kondisi pasar tenaga kerja mencapai tingkat yang konsisten. Tentunya dengan penilaian Komite atas lapangan kerja maksimum dan inflasi telah meningkat menjadi 2 persen dan berada di jalur yang cukup untuk melebihi 2 persen untuk beberapa waktu, menurut pernyataan.
Lebih jauh, ketika ditanya spesifik tentang lonjakan inflasi, Powell mengatakan kepada wartawan bahwa pihaknya menahan untuk mencoba membuat semacam aturan. "Kami ingin mencapai inflasi yang rata-rata 2 persen dari waktu ke waktu," kata ketua The Fed.
Kalaupun The Fed melakukan hal itu, ekspektasi inflasi akan tepat pada 2 persen. "Dan itu akan membantu kami mencapai inflasi 2 persen dari waktu ke waktu dan menghindari situasi di mana bank sentral kehilangan kemampuannya untuk mendukung perekonomian."
Powell juga mencatat bahwa lebih banyak dukungan fiskal mungkin diperlukan untuk mendukung pemulihan ekonomi. Sebab, tingkat pengangguran tetap tinggi, banyak usaha kecil sedang kesulitan, dan pemerintah negara bagian dan pemerintah daerah berada dalam situasi keuangan yang mengerikan.
Ia menyebutkan diperlukan beberapa saat untuk kembali ke tingkat aktivitas ekonomi dan lapangan kerja yang berlaku pada awal tahun ini. "Dan mungkin diperlukan dukungan lanjutan dari kebijakan moneter dan fiskal untuk mencapai itu."
ANTARA
Baca: Rupiah Menguat ke Rp 14.068 per USD Dipicu Stimulus Baru The Fed