Bukalapak : Boleh Promo, Tapi Promosi Kebablasan Itu Masalah
Reporter
Eko Wahyudi
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Jumat, 11 September 2020 16:47 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - President Bukalapak Teddy Oetomo menjelaskan dalam menjalankan sebuah bisnis digital harus bisa menghadirkan solusi yang dibutuhkan bagi penggunanya. Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, kata dia, diperlukan juga promosi.
"Tapi promo yang kebablasan nah itu masalah. Kalau sebuah bisnis mengandalkan promosi yang kebablasan, terus aja promo ya lama-lama enggak akan berhasil," kata dia saat Temu Media secara virtual, Jumat, 10 September 2020.
Menurutnya, kunci sebuah bisnis akan berhasil dan bertahan dalam jangka waktu lama apabila dapat memberikan apa yang dibutuhkan dan solusi bagi konsumen. Promo itu dibutuhkan, tapi kata Teddy, tidak boleh memberikan promo yang terlalu berlebihan.
"Promosi itu engga ada yang salah, semua toko baru juga promo," ucapnya.
Teddy pun mencontohkan bagaimana menciptakan solusi bagi pengguna. Misalnya memudahkan pembayaran tagihan bulanan dengan menggandeng Mitra Bukalapak di seluruh Indonesia. Lalu berusaha menjamah daerah tertentu dengan dengan banyak perusahaan logistik.
Oleh karenanya, kata Teddy, promosi yang tidak sehat dapat merugikan perusahaan itu sendiri. "Yang terjadi hanya kejar-kejaran. Jadi itu hanya inovasi corporate finance bukan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat," tuturnya.
<!--more-->
Sementara itu, CEO Bukalapak, Rachmat Kaimuddin memaparkan strateginya, dalam menjalankan bisnis yang sehat. Bukalapak menargetkan menciptakan bisnis yang berkelanjutan dengan peningkatan EBITDA dan burn rate (bakar uang) yang semakin rendah.
Hal ini dibuktikan dengan capaian yang menghasilkan kenaikan dalam monetisasi. Sampai dari triwulan I 2018 sampai kuartal II 2020, Bukalapak berhasil meningkatkan EBITDA hingga lebih dari 60 persen.
“Kami mengoptimalkan platform kami untuk menerobos kesenjangan ekonomi, infrastruktur, dan mendukung inklusi keuangan. Kami ingin menciptakan dampak di masyarakat dengan terus mengembangkan ekosistem digital yang berbasis keadilan ekonomi bagi semua," ucapnya.
Selain itu, Bukalapak mencatatkan pertumbuhan Total Processing Value (TPV) secara signifikan dari kuartal I 2018 hingga kuartal II 2020, sebanyak hampir 400 persen. Capaian ini didominasi oleh transaksi yang berasal dari kota-kota di luar tier 1 dan pertumbuhan market share yang tetap stabil walau di masa pandemi.
Dari sisi pengembangan UMKM, kata Rachmat, juga terjadi kenaikan pada jumlah pelaku UMKM yg bergabung menjadi Pelapak dan Mitra Bukalapak, yakni mencapai lebih dari 3 juta di 7 bulan pertama tahun ini.
Baca juga: Bos Bukalapak: Nilai Transaksi E-commerce Flat Meski Banyak yang Belanja