Cuan Kotos, Ekspor APD, Masker hingga Antiseptik Naik 252 Persen

Selasa, 8 September 2020 12:35 WIB

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berbincang sembari saling mengamati buah-buahan lokal saat peluncuran Gelar Buah Nusantara 2020 di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin, 10 Agustus 2020. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Kemendag Kasan Muhri mengatakan kinerja ekspor antiseptik, bahan baku masker, alat pelindung diri, dan masker ke dunia pada Januari—Juli 2020 tercatat senilai US$ 176,99 juta atau meningkat 252,5 persen dibandingnya periode yang sama pada 2019. Kenaikan terjadi sejak pemerintah mengeluarkan kebijakan relaksasi ekspor lewat Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57 Tahun 2020.

"Secara keseluruhan, pada Januari-Juli 2020 ekspor APD berkontribusi 0,2 persen terhadap nilai ekspor non migas Indonesia, meningkat signifikan dari sebesar 0,06 persen pada periode yang sama tahun 2019," ujar Kasan kepada Tempo, Senin 7 September 2020.

Untuk menggenjot ekspor, terutama produk APD, Kasan mengatakan pemerintah bekerja sama dengan perwakilan perdagangan di luar negeri untuk mengawal berjalannya ekspor ke negara akreditasi. Keberadaan perwakilan perdagangan ini diharapkan dapat menangkap peluang pasar secara cepat di negara akreditasinya.

Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian Elis Masitoh mengatakan setidaknya ada 29 perusahaan yang mendapatkan persetujuan ekspor (PE) untuk APD. Perusahaan yang telah merealisasikan ekspornya sebanyak 9 perusahaan dengan 13 PE yang yang sudah direalisasikan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat lonjakan ekspor pakaian pelindung medis (coverall) dengan kode HS 62101019 dari US$331.679 pada Juni menjadi US$571.199 pada Juli, atau naik 72,1 persen. "Dampak pelonggaran ekspor cukup positif dari sisi industri sehingga produksinya bisa dilepas ke pasar ekspor dan menambah devisa," ujar Elis.

<!--more-->

Untuk produk pakaian pelindung medis (coverall), kontribusi ekspor pasar Belanda sebesar 54 persen, Belgia sebesar 20,8 persen, Jerman sebesar 13,0 persen, Italia 6,7 persen, dan Jepang 4,4 persen. Kontribusi pasar Amerika Serikat untuk produk masker medis dan non medis dengan kode golongan barang atau harmonized system (HS) sebesar 54,6 persen.

Ketua Umum Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (Ikatsi) Suharno Rusdi mengatakan Amerika Serikat dan Eropa merupakan pasar ekspor terbesar produk APD Indonesia. Data bulan Juni mencatat ekspor masker non medis ke AS mencapai US$12,78 juta atau mencapai 69 persen dari total ekpor periode tersebut yang bernilai US18,44 juta, disusul Ingris dengan nilai US$2,03 atau 11,01 persen.

"Amerika merupakan negara yang menempati peringkat pertama menderita Covid 19, sementara industri garmen di AS tidak mampu untuk memenuhi permintaan pasar yang ada," ujar Suharno.

Selain produk APD Indonesia memenuhi standar internasional, Suharno mengatakan tingginya ekspor ke AS dan Eropa karena beberapa pengusaha tekstil dan produk tekstil dalam negeri memang telah familiar dengan pasar tersebut. Kemudian, industri garmen Amerika maupun Eropa tidak akan mungkin memproduksi APD yang dapat bersaing dengan produk APD karena faktor ongkos buruh di sana yang sangat mahal.

"Pasar ekspor APD kita akan terus meningkat selama pandemi covid19 ini belum dapat teratasi, setidaknya sampai akhir tahun ini prediksi IKATSI grafik ekpor APD kita akan terus meningkat," ujar Suharno.

<!--more-->

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno mengatakan tingginya paparan Covid-19 membuat permintaan di beberapa negara maju cukup besar. Menurut dia, untuk menggenjot ekspor APD pemerintah membutuhkan kontribusi para perwakilan Indonesia untuk ikut membantu menjual produk APD.

Sekretaris Perusahaan Pan Brothers Iswar Deni mengatakan perusahaan secara intensif berkomunikasi dengan beberapa pihak atas permintaan APD untuk ekspor. Menurut dia, negara-negara yang tertarik cukup banyak di Asia, Afrika, Eropa, atau pun AS. Meski begitu, ia bilang masih butuh waktu agar bisa meraup seluruh ceruk tersebut bisa direalisisasi.

"Kami menawarkan melalui atase perdagangan, melalui pameran dagang dan sebagainya kepada buyer. Kami juga menawarkan fashion yang berfungsi APD disamping yang standar," ujar Deni.

Baca juga: APD Buatan Indonesia Menyerbu Pasar Eropa dan AS




LARISSA HUDA









Advertising
Advertising

Berita terkait

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

2 hari lalu

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

Amnesty International menyiarkan temuan adanya jaringan ekspor spyware dan pengawasan ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

3 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

3 hari lalu

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

Penerimaan Bea Cukai Januari-Maret turun 4,5 persen dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

4 hari lalu

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia mengatakan kinerja ekspor sawit mengalami penurunan. Ini penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

9 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

12 hari lalu

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Kolaborasi LPIE dengan institusi pemerintahan membawa mitra binaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) LPEI untuk pertama kalinya menembus pasar ekspor ke Kanada.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

12 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

12 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

12 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya