Meski Penerimaan Seret, Kemenkeu Tak Pangkas Target Pajak Tahun Ini

Selasa, 25 Agustus 2020 19:45 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan masker saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin, 29 Juni 2020. Rapat kerja tersebut beragenda mendengarkan penjelasan tentang PMK No. 70/PMK.05/2020 tentang penempatan uang negara pada bank umum dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi nasional. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Suryo Utomo mengatakan kementerian belum mengubah target penerimaan pajak hingga akhir tahun ini. Meskipun, hingga Juli 2020 hampir seluruh penerimaan jenis pajak utama mengalami kontraksi akibat dampak Covid-19.

"Kalau ditanya outlooknya sampai sejauh mana, kami masih konsisten pada posisi seperti yang ada di Perpres 72 (Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2020) yaitu minus 10,10 persen kira-kira dari realisasi tahun kemarin," ujar Suyo dalam konferensi video, Selasa, 25 Agustus 2020.

Namun demikian, Suryo memastikan bahwa pemerintah terus mewaspadai perkembangan perekonomian, khususnya penerimaan pajak, sampai akhir 2020.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan penerimaan pajak hingga Juli 2020 adalah sebesar Rp 601,9 triliun atau 50,2 persen dari target sesuai Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2020. Namun, apabila dibandingkan dengan tahun lalu, pertumbuhannya tercatat minus 14,7 persen.

"Ini lebih dalam dari yang kami perkirakan dan ini adalah sesuatu yang harus diperhatikan dari sisi faktor-faktor penerimaan pajak," ujar Sri Mulyani.

<!--more-->

Apabila dirinci, penerimaan pajak dari sektor minyak dan gas alias migas mengalami penurunan yang cukup dalam. Hingga Juli 2020, penerimaam Pajak Penghasilan Migas hanya Rp 19,8 persen. Dibandingkan dengan tahun lalu yang berhasil mengumpulkan Rp 33,5 triliun, penerimaan pajak migas ini tumbuh negatif 44,3 persen.

"Ini adalah penurunan akibat dua hal yaitu harga minyak yang jauh lebih rendah, serta lifting kita baik minyak dan gas yang di bawah target APBN," tutur Sri Mulyani.

Berikutnya, pemerintah tercatat mengumpulkan pajak non migas sebesar Rp 582,1 triliun atau terkontraksi 13,1 persen dari periode yang sama tahun lalu. Apabila diperinci, penerimaan PPh non migas tercatat Rp 349,8 triliun atau terkontraksi 13,5 persen dari tahun lalu.

Pajak Pertambahan Nilai pun tercatat Rp 246 triliun atau terkontraksi sekitar 12 persen dari tahun lalu. "Ini menggambarkan kepada denyut ekonomi kita meski ada beberapa sektor yang bebas PPN. PPN itu relatif menggambarkan kegiatan ekonomi kita," kata Sri Mulyani.

Kontraksi juga terjadi pada Pajak Bumi dan Bangunan yang hanya terkumpul Rp 9,5 triliun alias turun 24,5 persen dibanding tahun lalu.

Baca juga: Kemenkeu: Banyak UMKM yang Belum Tahu Program Gratis Pajak

CAESAR AKBAR

Berita terkait

Terkini Bisnis: Cek Syarat Pendaftaran CPNS Polsuspas, Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani

8 jam lalu

Terkini Bisnis: Cek Syarat Pendaftaran CPNS Polsuspas, Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani

Syarat pendaftaran CPNS Kepolisian Khusus Pemasyarakatan (Polsuspas) yang banyak diminati oleh para pelamar dari seluruh Indonesia.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

14 jam lalu

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dampak kenaikan BI Rate ke level 6,25 persen terhadap APBN, terutama penerimaan pajak.

Baca Selengkapnya

Jadi Sorotan, Ternyata Segini Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

19 jam lalu

Jadi Sorotan, Ternyata Segini Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai

Pegawai Direktorat Jenderal Bea Cukai disorot usai banyak kritikan terkait kinerjanya. Berapa gajinya?

Baca Selengkapnya

Zulhas Cerita Panjang Lebar soal Alasan Permendag Tak Lagi Batasi Barang Bawaan dari Luar Negeri

20 jam lalu

Zulhas Cerita Panjang Lebar soal Alasan Permendag Tak Lagi Batasi Barang Bawaan dari Luar Negeri

Mendag Zulhas bercerita panjang lebar soal alasan merevisi Permendag Nomor 36 Tahun 2024 soal pengaturan impor.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

1 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

1 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Segini Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani yang Juga Menjabat Komisaris BNI

1 hari lalu

Segini Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani yang Juga Menjabat Komisaris BNI

Dirjen Bea dan Cukai Askolani menjadi sorotan karena memiliki harta Rp 51,8 miliar

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Pria Sobek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai, BTN Didemo karena Uang Nasabah Hilang

1 hari lalu

Terpopuler: Pria Sobek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai, BTN Didemo karena Uang Nasabah Hilang

Terpopuler bisnis: Pria menyobek tas Hermes di depan petugas Bea Cukai karena karena diminta bayar Rp 26 juta, BTN didemo nasabah.

Baca Selengkapnya

Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

2 hari lalu

Viral Pria Robek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai Karena Tolak Bayar Pajak: Saya Gak Terima..

Viral seorang pria yang merobek tas Hermes mewah miliknya di depan petugas Bea Cukai. Bagaimana duduk persoalan sebenarnya?

Baca Selengkapnya