Kinerja Industri Ritel Bergantung pada Konsumsi di Semester II 2020

Selasa, 4 Agustus 2020 06:00 WIB

Pegawai pusat perbelanjaan BG Junction menempelkan poster di BG Junction, Surabaya, Jawa Timur, Rabu, 27 Mei 2020. Penempelan poster yang berbunyi 'Aturan New Normal Ritel' itu agar pengunjung memahami protokol pencegahan penularan COVID-19 saat mengunjungi pusat perbelanjaan. ANTARA/Didik Suhartono

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengatakan kinerja industri ritel akan sangat bergantung pada tingkat konsumsi masyarakat hingga penghujung tahun. Pasalnya, kata dia, kinerja industri ritel sempat terperosok pada semester pertama akibat pandemi.

Hal tersebut terlihat dari survey indeks penjualan riil (IPR) oleh Bank Indonesia yang turun hingga 20,6 persen pada Mei lalu. Angka tersebut lebih rendah dari April sebesar minus 16,9 persen.

Namun, apabila merujuk pada indeks ekspektasi penjualan (IEP) pada Agustus dan November tercatat sebesar 133,0 dan 149,4. Angka tersebut lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 119,1 dan 146,3. "Artinya ada ekspektasi penjualan meningkat itu karena adanya fokus dan kehendak pemerintah untuk membuat dana pemulihan ekonomi nasional dapat digulirkan," ujar Roy kepada Tempo, Senin 3 Agustus 2020.

Roy menuturkan peningkatan dana bantuan dari pemerintah akan menggerakkan sektor usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), hingga sektor riil. Kemudian, jaminan kredit korporasi sebesar kurang lebih Rp 100 triliun oleh 15 bank, ujar Roy, akan menggerakkan sektor yang terpuruk sehingga bisa memperkerjakan kembali karyawan yang sempat dirumahkan.

Pelonggaran pembatasan sosial juga dinilai turut mendorong kinerja industri ritel. Untuk memanfaatkan momentum tersebut, Roy mengatakan peritel telah menyiapkan strategi.

Advertising
Advertising

Strategi tersebut di antaranya membuat program promosi belanja, bekerja sama dengan teknologi finansial untuk membuat program diskon menarik, memberikan pelayanan pengantaran hingga layanan tanpa turun (lantatur) atau drive thru, dan omnichannel. "Protokol kesehatan menjadi hal paling utama," ujar Roy.

<!--more-->

Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah berharap semester kedua bisa menjadi mometum pemulihan penjualan seiring pelonggaran pembatasan sosial.

Ia mengatakan pada semester awal kinerja peritel anjlok lantaran penutupan sejumlah pusat belanja. Rata-rata hanya sekitar 10 persen kapasitas yang berjalan akibat banjir dan pandemi Covid-19. Sejak adanya pelonggaran, rata-rata kapasitas yang operasional naik menjadi 50 persen.

"Kami harapkan dengan adanya Hari Belanja Diskon Indonesia (HBDI) pada 14-30 Agustus nanti bisa meningkatkan minat belanja sehingga tidak hanya saving (menabung) agar bisa memutar ekonomi," tutur Budihardjo.

Budihardjo menuturkan stimulus ekonomi yang digenjot oleh pemerintah bisa mendorong konsumsi seiring dengan bergulirnya program diskon hingga akhir tahun. Selain HBDI, Budihardjo mengatakan peritel juga akan mendorong program belanja online yang akan digelar setiap bulan seperti program diskon 10 Oktober (10.10), 11 November (11.11), hingga hari belanja nasinal (Harbolnas) pada 12 Desember atau 12.12.

"Segmen fesyen yang sempat tertunda pada Lebaran karena pusat belanja ditutup, kami harapkan bisa keluar pada momen tersebut," ujar Budihardjo.

<!--more-->

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Alphonsus Widjaja mengatakan program promo adalah salah satu opsi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penjualan peritel. Apalagi, kata dia, tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan masih sangat lambat. Menurut dia, tingkat kunjungan masih belum ada peningkatan yang signifikan sejak mulai beroperasi kembali.

"Masalah utamanya adalah kekhawatiran masyarakat atas penyebaran wabah dan daya beli masyarakat yang turun akibat terganggunya perekonomian nasional," ujar Alphonsus.

Selain menerapkan protokol kesehatan, ujar Alphonsus, peritel juga harus berinovasi agar supaya harga jual barang dapat terjangkau oleh masyarakat terutama kelas menengah bawah. Selain itu, Alphonsus berujar tingkat konsumsi akan sangat tergantung dari realisasi stimulus pemerintah.

"Tanpa stimulus tambahan maka hampir dapat dipastikan tidak akan ada perbaikan yang signifikan," tutur Alphonsus.

Untuk meningkatkan kinerja, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) menjalin kerja sama dengan Grab Indonesia untuk memberikan layanan on-demand delivery untuk produk kebutuhan sehari-hari di tengah pandemi.

<!--more-->

Director and Corporate Secretary and Public Relations MPPA, Danny Kojongian mengatakan setidaknya sudah ada 27 gerai yang terhubung secara online di Jabotabek, Bandung, Semarang dan Yogyakarta ke dalam platform Grabmart.

"Sampai akhir 2020, kami akan terus menambah jumlah virtual store sehingga layanan ritelnya bisa dinikmati secara nasional," ujar Danny.

Danny Kojongian kontirbusi penjualan online MPPA baru mencapai 6-7 persen. Dengan adanya kolaborasi, Danny berharap kontribusi penjualan online bisa mencapai 15 persen dalam periode 12 bulan kedepan. "Tentunya ketika momen adanya belanja online, kami akan antisipasi berikan terbaik bagi konsumen," tutur Danny.

LARISSA HUDA

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

7 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

KemenKopUKM Pastikan Kebijakan Pemerintah Berpihak pada Pelaku UMKM

1 hari lalu

KemenKopUKM Pastikan Kebijakan Pemerintah Berpihak pada Pelaku UMKM

KemenkopUKM tidak menemukan aturan yang melarang secara spesifik warung Madura untuk beroperasi sepanjang 24 jam dalam Perda Kabupaten Klungkung

Baca Selengkapnya

Biaya Layanan Tokopedia, Shopee dan Lazada Naik sampai 6,5 Persen, UMKM Diminta Tak Naikkan Harga?

2 hari lalu

Biaya Layanan Tokopedia, Shopee dan Lazada Naik sampai 6,5 Persen, UMKM Diminta Tak Naikkan Harga?

Tokopedia, Shopee dan Lazada menaikkan biaya layanan hingga 6.5 persen untuk mitra penjual, pelaku UMKM diminta tidak naikkan harga.

Baca Selengkapnya

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

2 hari lalu

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

BTN mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 7,4 persen menjadi Rp 860 miliar pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya