Wacana Harga BBM Turun, Pertamina: Nanti Setelah Covid-19 Mereda
Reporter
Eko Wahyudi
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Selasa, 28 Juli 2020 16:36 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - General Manager Marketing Operation Region (MOR) I Pertamina, Gema Iriandus Pahalawan menjelaskan alasan harga bahan bakar minyak (BBM) yang tak mengalami penurunan kendati harga minyak dunia merosot tajam beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan, pihaknya masih mengkaji terkait kemungkinan penurunan harga BBM. "Nanti setelah kondisi Covid-19 mereda dan kondisi stabil," kata dia saat diskusi bersama YLKI, Selasa, 28 Juli 2020.
Gema mengatakan ada beberapa alasan kenapa Pertamina hingga saat ini belum bisa menurunkan harga jual BBM. Alasan pertamanya adalah, ketika kondisi pandemi Covid-19 konsumsi BBM masyarakat merosot cukup dalam jika dibandingkan kondisi normal.
"Untuk wilayah MOR 1 penurunan cukup dalam sekitar 30 persen penurunan," ucapnya.
Alasan kedua, kata Gema, masih terjadi fluktuasi harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) yang menyebabkan selisih harga jual produksi minyak Pertamina. Walau harga minyak mentah berkisar US$ 40 per barel, dia mengatakan, ada kemungkinan masih bisa untuk naik atau turun secara signifikan.
Sehingga Pertamina masih sangat sulit untuk melakukan penyesuaian harga. "Kemungkinan bisa saja di minggu depan US$ 20 per barel. Jadi kita menyesuaikan harga ini tak mungkin," ucapnya.
<!--more-->
Alasan ketiga Pertamina belum menurunkan BBM dikarenakan kurs rupiah terhadap dollar hingga saat ini juga belum stabil. Gema melihat memang beberapa waktu lalu rupiah sempat menyentuh level Rp 16.000 per dollar. Lalu tak berselang lama, kata Gema, anjlok hingga ke Rp 12.000 per dollar. Tapi saat ini, rupiah berada pada kisaran Rp 14.500.
Menurutnya, keputusan untuk melakukan penurunan BBM ditakutkan menjadi keputusan yang gegebah. "Jadi ini dilematis," ucapnya.
Dia pun menegaskan, untuk saat ini jajaran direksi Pertamina bersama Pemerintah terus melakukan analisa terkait keputusan untuk menurunkan harga BBM. Namun jika sudah diputuskan untuk turun, maka Pertamina akan senantiasa mengikuti kebijakan tersebut.
"Sehingga nanti jika sudah saatnya ketika ICP-nya sudah harga sudah stabil dan konsumsi dan kurs sudah stabil, saya yakin Pertamina dan pemerintah akan menyesuaikan harganya," tuturnya.
Adapun, utang pemerintah atas Pertamina mencapai Rp 96,5 triliun. Pemerintah rencananya akan membayar Rp 45 triliun di tahun ini. Sisanya, Rp 51 triliun akan dibayarkan tahun depan.