Bos Bukopin Jelaskan Detail soal Kesulitan Penarikan Dana Nasabah
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Selasa, 21 Juli 2020 15:03 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Bukopin Tbk Rivan Achmad Purwantono memastikan tidak ada pembatasan rekening bagi nasabah yang hendak menarik dana. Namun, ia membenarkan bahwa layanan Bukopin dibatasi hanya sekitar 40 nasabah per hari di kantor cabang kecil, dan bisa hingga 300 nasabah di kantor yang lebih besar, serta penarikan maksimum Rp 5 juta per hari.
"Kami enggak membatasi, bagaimana antrean mendeteksi rekening, enggak ada. Antrean itu chat bot, tidak ada pembatasan rekening. Setiap hari juga nasabah tetap kami layani untuk transaksi," ujar Rivan kepada Tempo, Senin, 20 Juli 2020.
Ia mengatakan nasabah bisa saja tidak dilayani lantaran telat mendaftar antrean dan bisa dilayani di hari lain. "Sistem chat bot tidak bisa lock rekening. Enggak mungkin batasi rekening. Kami bisa kena lembaga konsumen. Kami hanya mengikuti protokol kesehatan. Enggak ada."
Terkait dengan pembatasan nominal transaksi per hari, Rivan mengatakan adalah kebijakan yang juga diterapkan banyak perusahaan perbankan. Ia pun meminta nasabah agar tidak panik. "Kalau pembatasan pengambilan, kalau besar sekali kayaknya semua bank juga begitu, itu kan untuk mengedukasi masyarakat agar tidak panik."
Rivan juga meminta maaf apabila ada ketidakpuasan nasabah bank dalam pelayanan beberapa waktu ke belakang. Ia tidak memungkiri bahwa sempat ada lonjakan transaksi lantaran beberapa isu yang menerpa perusahaannya itu. Namun, ia memastikan persoalan itu sudah selesai dalam dua pekan ke belakang dan bisa membuat nasabah lebih tenang.
<!--more-->
Sebelumnya, Seorang nasabah PT Bank Bukopin Tbk, Rianto, 50 Tahun, menceritakan kesulitannya mengambil dana dari tabungannya. "Ini sangat mengganggu, padahal saya butuh untuk biaya kuliah anak," ujar pria yang berdomisili di Bogor itu kepada Tempo, Jumat, 17 Juli 2020.
Rianto mengatakan kendala dalam penarikan duit itu sejatinya terasa sejak periode April hingga Mei 2020. Ia mengatakan kala itu nasabah sudah sulit mengambil uang melalui Anjungan Tunai mandiri. "ATM Bukopin tidak bisa dipakai, baik di atm sendiri maupun ATM bersama. Kadang-kadang bisa tapi hanya pada hari tertentu dan acak," ujar nasabah Bukopin sejak Tahun 2008 itu.
Dengan kendala penarikan tersebut, Rianto pun mengatakan kantor Bukopin kerap dipenuhi nasabah yang mengantre, khususnya di Kantor Pusat. Ia menduga kantor pusat dipenuhi nasabah lantaran nasabah bisa mengambil hingga Rp 25 juta di sana, lebih besar dari batas maksimum pengambilan di kantor cabang sebesar Rp 5 juta.
Lantaran ada kekhawatiran akan kondisi uangnya di Bukopin, pada kisaran bulan Juni 2020, Rianto memindahkan dananya dari deposito ke tabungan biasa. Ia pun berencana mengirim dananya ke rekening lain melalui sistem RTGS maupun SKN. Namun, kala itu pegawai perbankan berujar pengiriman akan memakan waktu lebih dari sepekan. Ia pun mengurungkan niatnya.
Pada awal Juli 2020, Rianto berencana mengambil dana sebesar sekitar Rp 100 juta untuk kebutuhan kuliah dua anaknya. Namun, kala ia mendatangi kantor Bukopin. Ternyata, kantor cabang bank tersebut sudah menerapkan sistem antrean melalui sistem online.
"Jadi mulai 9 Juli nasabah yang mau transaksi menggunakan antrean sistem online. Tapi, antrean ini hanya bisa 40 orang per hari per kantor cabang. Kalau tidak ada nomor antrean tidak boleh masuk," ujar Rianto.
<!--more-->
Akhirnya, Rianto pun baru mendapatkan nomor antrean untuk pengambilan pada 10 Juli 2020. Kala itu, ia berhasil mengambil dana Rp 5 juta dari Kantor Cabang BSD, Tangerang Selatan. Karena kebutuhannya cukup besar, ia pun berencana menransfer duitnya lagi melalui RTGS dan SKN, namun ia diberitahu bahwa sistemnya sedang offline.
"Saya butuh untuk sekolah dan kuliah anak saya, jadi saya berencana tiap hari ambil," ujar Rianto. Persoalan timbul ketika ia mengantre pada hari Senin, 13 Juli 2020. Ia mengatakan tidak mendapat nomor antrean lantaran kuotanya sudah penuh. ia pun mencoba di kantor cabang lain, seperti di Bogor dan Depok, namun tetap tidak bisa.
Tak menyerah, sehari setelahnya Rianto mengantre lagi. Lagi-lagi, ia kehabisan kuota di semua kantor cabang yang ia daftarkan. "Padahal saya sudah daftar sekitar pukul 06.00," ujar dia. Pendaftaran pada tanggal 16 dan 17 Juli 2020 ditolak lantaran kuotanya penuh. Ia pun menguji dengan mendaftar di Kantor Cabang Bandung dan Aceh, namun tetap gagal.
Dari sana, ia menduga bahwa rekeningnya telah dibatasi lantaran sebelumnya sudah berhasil menarik dana sebesar Rp 5 juta. "Bisa saja ada pembatasan agar tidak bisa ambil berturut-turut," tutur Rianto.
Ke depannya, Ia berharap manajemen Bukopin lebih transparan dengan memberikan penjelasan kepada nasabah mengenai kebijakan yang diambil. Ia pun meminta manajemen mengaktifkan kembali layanan pengambilan duit melalui ATM. "Tolong permudah aksesnya," tutur Rianto.
CAESAR AKBAR