BI: Pemulihan Ekonomi Dunia Bakal Lebih Lama dari Perkiraan
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Kamis, 16 Juli 2020 16:17 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo memprediksi kontraksi perekonomian global berlanjut dan pemulihan ekonomi dunia lebih lama dari perkiraan sebelumnya. "Penyebaran Covid-19 yang kembali meningkat di beberapa negara seperti Amerika Serikat (AS), Brasil, dan India, memengaruhi perkembangan ini," ujar dia dalam konferensi video, Kamis, 16 Juli 2020.
Kondisi tersebut ditambah dengan mobilitas pelaku ekonomi yang belum kembali normal sejalan penerapan protokol kesehatan turut menahan aktivitas ekonomi. Perkembangan tersebut, kata Perry, menyebabkan efektivitas berbagai stimulus kebijakan yang ditempuh dalam mendorong pemulihan ekonomi di banyak negara maju dan negara berkembang menjadi terbatas.
Perry mengatakan sejumlah indikator ekonomi global menunjukkan permintaan yang lebih lemah, ekspektasi pelaku ekonomi yang masih rendah, serta permintaan ekspor yang tertahan sampai Juni 2020. Sejalan dengan permintaan global yang lebih lemah tersebut, volume perdagangan dan harga komoditas dunia juga lebih rendah dari perkiraan semula dan menurunkan tekanan inflasi global.
"Lambatnya pemulihan ekonomi dunia serta kembali meningkatnya tensi geopolitik AS-Tiongkok menaikkan ketidakpastian pasar keuangan global," ujar Perry. Perkembangan ini, tutur dia, akhirnya menahan berlanjutnya aliran modal ke negara berkembang dan kembali menekan nilai tukar negara berkembang, termasuk Indonesia.
<!--more-->
Berdasarkan asesmen ekonomi global, nasional, dan perkembangan di moneter dan keuangan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 15-16 Juli 2020 memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan, BI 7-Day Reverse Repo Rate, sebesar 25 basis poin menjadi 4 persen.
Bank sentral juga menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 25 basis poin menjadi 3,25 persen, serta suku bunga lending facility juga turun 25 basis poin menjadi 4,75 persen.
Perry mengatakan keputusan tersebut konsisten sesuai dengan inflasi yang tetap rendah serta stabilitas eksternal yang terjaga. Kebijakan itu pun diambil sebagai langkah lanjutan mempercepat pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid 19.
"Keputusan itu juga bagian penguatan bauran kebijakan nasional untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional dengan tetap menjaga terkendalinya inflasi dan stabilitas nilai tukar," ujar Perry.