Jaga Likuiditas, Emiten Batu Bara Kurangi Belanja Modal

Reporter

Bisnis.com

Senin, 22 Juni 2020 07:40 WIB

Ilustrasi Batu Bara

TEMPO.CO, Jakarta - Tren penurunan harga batu bara dan perlambatan perekonomian akibat pandemi virus corona Covid-19 membuat emiten di sektor pertambangan batu bara mengurangi belanja modal. Efisiensi biaya operasi juga ditempuh untuk menjaga likuiditas.

Head of Investor Relations PT Delta Dunia Makmur Tbk Regina Korompis mengatakan efisiensi dengan mengurangi biaya operasi dan optimasi utilitas aset akan menjadi strategi perseroan untuk menjaga likuiditas di tengah prospek pelemahan harga batu bara.

Emiten berkode saham DOID itu juga akan mengurangi serapan belanja modal atau capital expenditure (capex) pada tahun ini, yaitu lebih rendah dari tahun sebelumnya.

“Kami fokus untuk meminimalkan capex kami dan harus lebih rendah dari realisasi tahun 2019 yaitu US$ 73 juta,” ujar Regina kepada Bisnis, Minggu, 22 Juni 2020.

Regina sebelumnya mengatakan faktor ketidakpastian yang disebabkan Covid-19 membuat prospek permintaan dan harga batu bara dalam tekanan. Akibatnya, kemungkinan para penambang batu bara untuk menahan ekspansi semakin besar.

Hingga Maret 2020, DOID tercatat menderita kerugian sebesar US$ 22,69 juta, berbalik dari posisi laba US$ 1,36 juta pada Maret 2019. Pendapatan DOID turun 9,39 persen menjadi US$ 193,82 juta pada kuartal I 2020.

Tidak hanya DOID, emiten batu bara lainnya PT ABM Investama Tbk (ABMM) mengurangi capex dari alokasi awal sebesar US$ 90 juta untuk menjaga likuiditas.

Direktur ABM Investama Adrian Erlangga Sjamsul mengatakan bahwa perseroan hanya akan menggunakan alokasi belanja modal sebesar US$ 45juta atau separuh dari rencana awal.

“Kami juga akan tetap melakukan cost efficiency, tetapi kami yakin permintaan batu bara akan segera pulih setelah pandemi Covid-19 usai,” kata Adrian.

U
ntuk diketahui, lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings, memperkirakan terdapat penurunan peringkat pada sebagian besar perusahaan batu bara Indonesia jika pelemahan harga batu bara dan permintaan yang rendah berlanjut hingga 2021.

Emiten batu bara yaitu INDY, ABMM, dan anak usaha DOID PT Bukit Makmur Mandiri Utama menjadi yang paling rentan terhadap penurunan peringkat. Sementara itu, Fitch menilai ADRO dan BYAN menjadi salah dua emiten yang paling tangguh terhadap penurunan industri batu bara.

“Risiko refinancing cenderung rendah ke sedang hingga 2022-2023 untuk sebagian besar emiten dalam laporan ini,” tulis Fitch Ratings.

BISNIS

Berita terkait

Warga Ungkap Rumah Tempat Brigadir RA Tewas dengan Luka Tembak Milik Pengusaha Batu Bara

1 hari lalu

Warga Ungkap Rumah Tempat Brigadir RA Tewas dengan Luka Tembak Milik Pengusaha Batu Bara

Brigadir RA ditemukan tewas dengan luka tembak di kepala di dalam mobil Alphard di sebuah rumah di Mampang.

Baca Selengkapnya

Eks Dirut PT Bukit Asam Tbk Milawarma Divonis Bebas oleh PN Palembang, Ini Jejak Kasusnya

25 hari lalu

Eks Dirut PT Bukit Asam Tbk Milawarma Divonis Bebas oleh PN Palembang, Ini Jejak Kasusnya

Eks Dirut PT Bukit Asam Tbk periode 2011-2016 Milawarman divonis bebas dalam kasus dugaan korupsi akuisisi saham milik PT Satria Bahana Sarana (SBS).

Baca Selengkapnya

Bahlil Akan Bagikan Ribuan Izin Tambang ke Ormas, Pusesda: Hanya Akan Berakhir pada Jual-Beli IUP

39 hari lalu

Bahlil Akan Bagikan Ribuan Izin Tambang ke Ormas, Pusesda: Hanya Akan Berakhir pada Jual-Beli IUP

Pusat Studi Ekonomi dan Sumber Daya Alam (Pusesda) menolak rencana Bahlil membagikan izin usaha pertambangan (IUP) ke organisasi kemasyarakatan.

Baca Selengkapnya

Menteri ESDM Sebut Bahlil Cabut 2.051 Izin Tambang

40 hari lalu

Menteri ESDM Sebut Bahlil Cabut 2.051 Izin Tambang

Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia sudah mencabut 2.051 Izin Usaha Pertambangan (IUP) sejak 2022.

Baca Selengkapnya

Neraca Dagang Indonesia-Vietnam 2023 Surplus, Ditopang Ekspor Batu Bara

48 hari lalu

Neraca Dagang Indonesia-Vietnam 2023 Surplus, Ditopang Ekspor Batu Bara

Neraca dagang antara Indonesia dan Vietnam mencapai USD 12,84 Miliar sepanjang 2024 lalu.

Baca Selengkapnya

Luhut Sebut Simbara Kerek Penerimaan Pajak dan Royalti Batu Bara

51 hari lalu

Luhut Sebut Simbara Kerek Penerimaan Pajak dan Royalti Batu Bara

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyebut Simbara menaikan penerimaan pajak batu bara.

Baca Selengkapnya

Sekretariat JETP Tunggu Aturan Kementerian ESDM untuk Pandu Pensiun Dini PLTU Batu Bara

59 hari lalu

Sekretariat JETP Tunggu Aturan Kementerian ESDM untuk Pandu Pensiun Dini PLTU Batu Bara

Sekretariat Just Energy Transition Partnership (JETP) menunggu perangkat peraturan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Baca Selengkapnya

Tekstil Hingga Perikanan Diprediksi Terdampak Resesi Jepang, Batu Bara dan Nikel Waspada

19 Februari 2024

Tekstil Hingga Perikanan Diprediksi Terdampak Resesi Jepang, Batu Bara dan Nikel Waspada

Ekonom Indef menyebut sejumlah sektor bakal terdampak oleh resesi yang melanda Jepang, tujuan ekspor terbesar keempat Indonesia.

Baca Selengkapnya

Nilai Ekspor Batu Bara RI Lesu, Turun US$ 590,1 Juta: Terbesar ke Cina dan India

16 Februari 2024

Nilai Ekspor Batu Bara RI Lesu, Turun US$ 590,1 Juta: Terbesar ke Cina dan India

Sepanjang Januari 2024, nilai ekspor batu bara tercatat US$ 2,41 miliar, turun dari bulan sebelumnya US$ 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Selain Nonton Dirty Vote, Tonton Juga Sexy Killers yang Rilis Sebelum Pemilu 2019

12 Februari 2024

Selain Nonton Dirty Vote, Tonton Juga Sexy Killers yang Rilis Sebelum Pemilu 2019

Sebelum Dirty Vote, Dandhy Laksono Lebih Dahulu menggarap Sexy Killers yang tayang ketika masa tenang Pemilu 2019. Dengan kisah berbeda, Sexy Killers lebih membahas persoalan lingkungan di Indonesia.

Baca Selengkapnya