PUPR Kebut Lelang Tol Baru Sebelum Akhir Tahun 2020
Reporter
Yohanes Paskalis
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Rabu, 17 Juni 2020 12:46 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mulai mengebut penyelesaian proses lelang sejumlah proyek jalan tol baru yang sudah terencana sebelum krisis pandemi Covid-19. Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Kementerian PUPR, Danang Parikesit, mengatakan prakualifikasi dan tender seluruh proyek dikerjakan bertahap sejak bulan ini hingga akhir 2020 nanti.
Saat ini hanya ada beberapa pengembangan ruas yang sudah lebih maju daripada proyek lain. “Misalnya Tol Solo-Yogyakarta yang dokumen tendernya sudah masuk, sisanya PQ (prakualifikasi) dulu pada dua bulan ini,” ucapnya kepada Tempo, Selasa 16 Juni 2020.
Ruas Solo – Yogyakarta – Kulon Progo yang diprakarsai konsorsium PT Adhi Karya (persero) Tbk itu memang diprioritaskan karena akan terkoneksi dengan Tol Trans Jawa dan mendongkrak pergerakan kendaraan ke bandara internasional yang baru. Realisasi proyek senilai Rp 28,8 triliun itu pun bisa memangkas kepadatan kendaraan logistik di jalur arteri di selatan Pulau Jawa. Kementerian pun menargetkan konstruksi ruas itu bisa dimulai selambatnya pada Oktober mendatang.
“Semoga bia perjanjian pengusahaannya (PPJT) bisa segera diteken,” kata dia.
Merujuk data BPJT, sudah ada sedikitnya 2.125,9 kilometer tol yang beroperasi di Indonesia. Kini pemerintah mengejar investasi untuk menembuskan 2.500 kilometer tol baru hingga 2024 mendatang. Kebutuhan pendanaan rencana jangka panjang itu diproyeksi mencapai Rp 400 triliun, dengan asumsi Rp 110-150 miliar untuk konstruksi per kilometer. Penjaringan investor pun dilanjutkan di masa pandemi, terlihat dari penjajakan minat pasar alias market sounding yang masih diadakan beberapa kali secara virtual pada Mei lalu.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono sebelumnya menjanjikan tak ada perubahan rencana lelang tol, kecuali soal waktunya yang sedikit molor. Kementerian justru merelaksasi tenggat penyelesaian proyek berjangka pendek menjadi proyek tahun berjalan (multiyears) karena banyaknya realokasi anggaran dan gangguan pandemi terhadap dunia konstruksi.
<!--more-->
Selain tol Solo-Yogyakarta, ujar dia, masih ada setumpuk proyek yang siap tender, contohnya ruas Cileunyi—Garut—Tasikmalaya (Cigatas), Tol Akses Pelabuhan Patimban, Tol Bogor—Serpong via Parung, serta dua tol layang di Cikunir. Kementerian pun memburu calon pemodal untuk sistem transaksi tol non-tunai nir sentuh (multi-lane free flow/MLFF) yang akan dimanfaatkan untuk berbagai ruas yang panjang totalnya mencapai 1.713 kilometer.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR, Hedy Rahadian, membenarkan bahwa pemerintah sedikit mengubah proyeksi panjang jalan tol yang akan dirampungkan pada 2020 akibat pandemi. Target pengoperasian tol baru yang seharusnya mencapai 503 kilometer hingga akhir tahun dikendurkan menjadi hanya 406 kilometer. “Ada perlambatan dari segi pengadaan tanah dan proses konstruksinya karena kewajiban mengikuti protokol Covid-19,” katanya.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Tol Indonesia, Kris Ade Sudiyono, menilai minat investasi para investor belum akan kencang meski penawaran sudah terbuka kembali. Kelemahan rasio modal kerja atau likuiditas membuat pemodal enggan bergerak meski muncul insentif.
“Pemerintah berusaha menyalurkan dana sebanyak mungkin untuk menggerojok pasar. Sayangnya, tuntutan pendanaan atau cost of fund masih tinggi, jadi dunia usaha juga ragu memanfaatkannya,” tutur Ade.
Head of Corporate Communication PT Astra Infra Toll Road, Danik Irawati, mengatakan entitasnya selalu menjajaki peluang investasi baru, khususnya pada proyek jalan tol. Namun, Astra Infra masih berfokus menambal dampak pandemi. “Strategi investasi kami harus hati-hati dan bijaksana, sesuai dinamika lingkungan bisnis yang ada,” katanya, kemarin.
YOHANES PASKALIS PAE DALE