Ramadan dan PSBB Diperkirakan Sebabkan Deflasi Mei 2020

Reporter

Caesar Akbar

Selasa, 19 Mei 2020 06:12 WIB

Ilustrasi cek poin PSBB/TEMPO/Muhammad Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk Ryan Kiryanto mengatakan deflasi mungkin terjadi pada Mei 2020. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor, antara lain Ramadan dan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB selama wabah Covid-19.

"Sepanjang Mei, sepanjang Ramadan, kegiatan konsumsi mungkin berkurang. Ditambah lagi, kehendak orang berkonsumsi terkendala social distancing atau physical distancing," ujar Ryan dalam konferensi video, Senin, 18 Mei 2020.

Rendahnya angka inflasi sudah terlihat sejak April 2020. Bulan lalu, Badan Pusat Statistik mencatat 51 kota mengalami deflasi, sementara 39 kota mengalami inflasi. Hasilnya, angka inflasi pada April sangat tipis yaitu 0,08 persen. "Ini situasi mencengangkan."

Menurut Ryan, ada dua faktor yang diduga menyebabkan inflasi yang rendah tersebut. Pertama, adalah terkendalanya tingkat konsumsi masyarakat pada periode tersebut. Selain itu, pemberlakuan PSBB disebut berandil pada rendahnya angka inflasi tersebut.

Pemberlakuan PSBB membuat mobilitas orang, barang, dan transportasi tidak bebas lagi. Faktor tersebutlah yang diduga Ryan membuat konsumsi melemah di 51 kota hingga terjadi deflasi.

"BI memperkirakan kemungkinan inflasi Mei lebih rendah bahkan bisa terjadi deflasi, di mana mayoritas kota mungkin akan mengalami deflasi atau inflasi negatif," ujar Ryan.

Sebelumnya, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko mengatakan inflasi 2020 terkendali dan berada pada sasaran. Berdasarkan survei pemantauan harga pada minggu II Mei 2020, perkembangan harga-harga pada Mei 2020 diprakirakan deflasi -0,04 persen (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya.

"Sehingga inflasi secara tahun kalender sebesar 0,80 persen (ytd), dan secara tahunan sebesar 2,08 persen (yoy)," kata Onny dalam keterangan tertulis, Jumat, 15 Mei 2020.

Penyumbang utama deflasi pada periode laporan antara lain komoditas telur ayam ras (-0,09 persen), bawang putih (-0,05 persen), cabai merah (-0,04 persen), cabai rawit (-0,03 persen), emas perhiasan (-0,02 persen), kangkung dan bayam masing-masing sebesar -0,01 persen (mtm).

Sementara itu, komoditas utama yang menyumbang inflasi yaitu daging ayam ras (0,05 persen), bawang merah (0,03 persen), angkutan udara (0,03 persen), udang basah, ikan tongkol, jeruk dan air minum kemasan masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).

CAESAR AKBAR | HENDARTYO HANGGI

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

7 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Total Aset BFI Finance Indonesia Rp 24,2 Triliun per Kuartal I 2024

2 hari lalu

Total Aset BFI Finance Indonesia Rp 24,2 Triliun per Kuartal I 2024

BFI Finance mencatat laba bersih terkumpul pada kuartal I sebesar Rp 361,4 miliar.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

3 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya