Sri Mulyani Jelaskan Penyebab Semrawutnya Realisasi Bansos

Jumat, 1 Mei 2020 06:05 WIB

Sri Mulyani tiba di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin 22 Oktober 2019. Presiden Joko Widodo atau Jokowi kembali menunjuk Sri Mulyani Indrawati sebagai menjabat Menteri Keuangan periode 2019 - 2024. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani menjawab persoalan kisruhnya penyaluran bantuan sosial (bansos) di masyarakat yang memunculkan pelbagai kritik. Menurut dia, masalah ini bersumber pada kapasitas tenaga penyalur.

"Kapasitas untuk menyalurkan (bansos) sangat-sangat terbatas. Kami sudah sediakan anggaran, tapi eksekusinya menyangkut mobilisasi penyaluran ke masyarakat jadi tantangan luar biasa," ujar Sri Mulyani dalam rapat dengar pendapat yang digelar secara virtual bersama Komisi XI DPR, Kamis, 31 April 2020.

Dia kemudian mencontohkan realisasi bansos di DKI Jakarta. Menurut data Kementerian Sosial, pemerintah akan menyalurkan bantuan kepada 1,3 juta masyarakat pada pekan pertama April lalu.

Namun, kenyataannya, petugas hanya mampu menyalurkan sebanyak 210 ribu bantuan. Kondisi ini membuat masyarakat yang belum memperoleh bantuan gusar. "Ada yang merasa mestinya dapat bantuan, tapi belum dapat," katanya.

Sri Mulyani menjelaskan, persoalan ini sudah dibahas oleh menteri-menteri bersama Presiden Joko Widodo alias Jokowi dalam rapat terbatas. Sedianya, kata dia, Jokowi memerintahkan para menteri untuk memanfaatkan tenaga pengemudi ojek online hingga suplier di pasar untuk menyalurkan bantuan itu.

"Namun kemudian muncul kondisi kita dikejar kecepatan, jadi tidak mampu bersama-sama (dilaksanakan)," ucapnya.

Di wilayah DKI Jakarta, penyaluran bansos sebelumnya dimasalahkan lantaran menyasar pada sejumlah keluarga di perumahan elite, seperti di Sunter Indah, RW 012, Kelurahan Sunter Jaya, Jakarta Utara. Bantuan itu ketahuan tidak tepat sasaran lantaran warga perumahan mewah ini menyerahkan bansos ke warga lain yang membutuhkan.

Di samping persoalan bansos di Ibu Kota, Sri Mulyani menengarai masalah terkait penyaluran bansos masih akan terus berlanjut, utamanya di daerah. Sebab, penyaluran bansos ini mengacu pada data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) milik Kementerian Sosial yang jumlahnya mencapai 9 juta lebih.

Dari sekian banyak jumlah penerima itu, Sri Mulyani memperkirakan pasti akan terjadi masalah pada beberapa data yang error. "Misalnya ada yang nyaris miskin, sekarang sudah jadi tidak miskin," ujarnya.

Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial Pepen Nazaruddin mengatakan pemerintah daerah semestinya aktif memverifikasi dan memperbarui data penerima bansos yang terdampak Covid-19. “Karena kewenangan pembaruan data ada pada pemerintah kota dan kabupaten,” kata Pepen.

Pepen mengatakan data penerima bantuan sosial harus sesuai dengan nama dan alamat serta berbasis nomor induk kependudukan. Penyaluran bantuan sosial dari Kementerian Sosial, kata Pepen, dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari masing-masing pemerintah daerah.

FRANCISCA CHRISTY ROSANA | FRISKI RIANA

Berita terkait

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

4 jam lalu

Viral Berbagai Kasus Denda Bea Masuk Barang Impor, Sri Mulyani Instruksikan Ini ke Bos Bea Cukai

Sri Mulyani merespons soal berbagai kasus pengenaan denda bea masuk barang impor yang bernilai jumbo dan ramai diperbincangkan belakangan ini.

Baca Selengkapnya

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

1 hari lalu

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

Proyek Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yang sedang dibangun di Pelabuhan Benoa, Bali, harus memberi manfaat yang besar bagi masyarakat Bali.

Baca Selengkapnya

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

1 hari lalu

Bertubi-tubi Penghargaan untuk Bobby Nasution, Terakhir Menantu Jokowi Raih Satyalancana dan Tokoh Nasional

Wali Kota Medan Bobby Nasution boleh dibilang banjir penghargaan. Menantu Jokowi ini dapat penghargaan Satyalancana baru-baru ini.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

1 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

1 hari lalu

Semakin Turun, Surplus APBN Maret 2024 Hanya Rp 8,1 Triliun

Sri Mulyani menilai kinerja APBN triwulan I ini masih cukup baik.

Baca Selengkapnya

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

1 hari lalu

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

Bawaslu minta jajarannya menyiapkan alat bukti dan kematangan mental menghadapi sidang sengketa Pileg di MK.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

1 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

1 hari lalu

Sri Mulyani: Penyaluran Bansos Januari-Maret 2024 Mencapai Rp 43 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penyaluran bantuan sosial atau Bansos selama Januari-Maret 2024 mencapai Rp 43 triliun.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

1 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

1 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya