Bank Indonesia Mendapat Fasilitas Repo Line US$ 60 M dari The Fed

Selasa, 7 April 2020 17:43 WIB

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan pemaparan dalam acara Digital Transformation For Indonesian Economy di Hotel Kempinski, Jakarta, Rabu, 11 Maret 2020. TEMPO menggelar acara diskusi bertajuk Digital Transformation For Indonesian Economy dengan tema Finding The New Business Models. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia dan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, mencapai kesepakatan kerja sama soal repurchase agreement atau repo line. The Fed nantinya akan menyiapkan repo line senilai US$ 60 miliar yang bisa digunakan BI apabila membutuhkan likuiditas dalam bentuk dolar.

"The Fed melakukan kerja sama tersebut dengan sejumlah Bank Sentral yang dikategorikan dalam foreign and international monetary autorithies atau Fima, termasuk Bank Indonesia," ujar Gubernur Bank Indonesia dalam siaran langsung, Selasa, 7 April 2020.

Perry mengatakan lembaganya masih belum berencana untuk mempergunakan fasilitas itu. Sebab, saat ini cadangan devisa Indonesia tergolong masih lebih dari cukup, yaitu sebanyak US$ 121 miliar. "Tapi di sini lah, kalu memang diperlukan akan kami gunakan."

Saat ini, kata Perry, cadangan devisa sebesar US$ 121 miliar tersebut sudah dialokasikan sebagian dalam bentuk likuid untuk memenuhi kebutuhan stabilisasi nilai tukar. Sementara, sebagian lainnya berbentuk surat utang, obligasi, dan lainnya untuk menghasilkan return yang baik.

"Dalam konteks kita memerlukan likuiditas dolar, sebagian cadangan devisa yang dalam bentuk surat berharga dari Amerika Serikat bisa digunakan untuk underlying untuk melakukan repo antara BI dengan The Fed guna memenuhi kebutuhan likuiditas dolar," ujar dia.

Perry mengatakan adanya kerja sama dengan The Fed itu menunjukkan bahwa bank sentral negeri Abang Sam menaruh kepercayaan kepada Indonesia. Sebab, tak banyak negara berkembang yang bisa menikmati fasilitas tersebut.

"Bahwa kebijakan-kebijakan Indonesia itu baik dari makro ekonomi, dari bank sentral, maupun di bidang keuangan itu pruden, dan itu bagian dari food of confident, itu lah kenapa The Fed bekerja sama dengan BI dalam bentuk repo line tadi," kata Perry.

Di samping repo line, Perry mengatakan bahwa lembaganya sebenarnya juga membahas soal kerja sama swap line dengan The Fed. Namun, saat ini bank sentral AS itu sudah banyak menyediakan swapline kepada negara lain. Sehingga yang saat ini sudah disepakati bentuknya adalah repo line. Ia pun mengatakan adanya repo line ini tidak kemudian menambah cadangan devisa Indonesia.

Selain dari The Fed, BI juga memiliki fasilitas repo lain, di antaranya dari Bank of International Settlement senilai US$ 2,5 miliar. Begitu pula dari Monetary of Singapore US$ 3 milia4, dan dengan sejumlah bank di kawasan dengan jumlah US$ 500 juta hingga US$ 1 miliar, yang bisa dipergunakan bila dibutuhkan.

CAESAR AKBAR

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

6 jam lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

2 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

2 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya