Ekonomi Melambat, IEA: Permintaan Minyak Dunia Akan Turun Drastis

Selasa, 10 Maret 2020 14:49 WIB

Kilang minyak Arab Saudi. Sumber: EPA/dailymail.co.uk

TEMPO.CO, Jakarta - International Energy Agency (IEA) memprediksi permintaan minyak dunia pada tahun ini menurun untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan 2009. Hal ini seiring dengan semakin kuatnya sinyal perlambatan ekonomi global.

Laporan IEA terbaru melansir, perkiraan permintaan minyak global direvisi dari sekitar 800 ribu barel per hari menjadi 710 ribu barel per hari atau turun 90 ribu barel per hari. Salah satu yang turut mengubah kondisi pasar, menurut IEA, adalah penyebaran virus Corona.

Kejadian yang semula hanya sebagai krisis kesehatan di Cina ini telah berubah menjadi krisis kesehatan global. Tindakan pengendalian wabah itu, telah mengurangi tingkat transportasi internasional dan domestik di seluruh dunia secara drastis.

Dalam laporan IEA itu disebutkan permintaan akan minyak telah turun drastis."Dengan penurunan di seluruh dunia sekitar 2,5 juta barel per hari selama kuartal pertama," tulis IEA, dalam laporan yang dikutip, Selasa, 10 Maret 2020.

Konsumsi di Cina tahun lalu, menurut IEA, menyumbang 80 persen dari pertumbuhan permintaan global. "Turun 3,6 juta barel per hari pada bulan lalu."

Advertising
Advertising

Di sisi lain, dalam skenario yang lebih optimistis yaitu ketika penyebaran dapat lebih cepat dikendalikan, penggunaan bahan bakar dunia mungkin akan tumbuh 480 ribu barel per hari pada tahun ini.

Sementara itu, menyusul perpecahan dramatis antara pemimpin OPEC Arab Saudi dan mitra kunci Rusia pada pekan lalu, kelebihan pasokan karena lemahnya permintaan bisa membengkak lebih jauh karena dua negara berencana untuk menggenjot produksi.

IEA dalam laporannya juga menyebutkan negara-negara OPEC memiliki kapasitas produksi cadangan sekitar 4,5 juta barel per hari. Sebagian besar cadangan dapat diaktifkan kembali dan didorong ke pasar dunia ketika perang harga meningkat.

Untuk negara-negara di luar OPEC seperti AS, Norwegia, dan Guyana pasokan erus bertambah dan IEA tidak mengubah estimasi untuk produksi non-OPEC, yang tumbuh tahun ini sebesar 2,1 juta barel per hari.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan hari ini hingga pukul 10.36 WIB, harga minyak jenis WTI untuk kontrak April 2020 di bursa Nymex menguat 5,91 persen ke level US$ 32,97 per barel. Sebelumnya harga emas hitam ini ditutup melemah 24,59 persen pada perdagangan pada Senin lalu.

Sementara harga minyak jenis Brent untuk kontrak Mei 2020 di bursa ICE naik 6,96 persen menjadi US$ 36,75 per barel. Harga minyak ini menguat setelah ditutup terkoreksi 24,1 persen pada perdagangan Senin kemarin.

BISNIS

Berita terkait

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

1 hari lalu

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

Presiden Jokowi meminta Indonesia menyiapkan fondasi yang kuat untuk pembangunan masa depan.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah

3 hari lalu

Harga Minyak Dunia Turun, Analis: Gara-gara Cadangan Minyak AS Melimpah

Cadangan minyak Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan sebesar 7,3 juta barel pada pekan yang berakhir pada 26 April 2024.

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

10 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

10 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

10 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Kemendag Minta Masyarakat Bijak Berbelanja Menyusul Penguatan Dolar dan Kenaikan Harga Minyak Akibat Konflik Iran-Israel

16 hari lalu

Kemendag Minta Masyarakat Bijak Berbelanja Menyusul Penguatan Dolar dan Kenaikan Harga Minyak Akibat Konflik Iran-Israel

Kenaikan harga minyak juga disebabkan penguatan dolar AS.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Melonjak Buntut Dugaan Serangan Israel ke Iran

17 hari lalu

Harga Minyak Melonjak Buntut Dugaan Serangan Israel ke Iran

Konflik Israel Iran yang diprediksi masih panjang membuat harga minyak dunia melambung.

Baca Selengkapnya

Imbas Israel Serang Balik Iran, Rupiah Makin Keok

18 hari lalu

Imbas Israel Serang Balik Iran, Rupiah Makin Keok

Selain terhadap nilai tukar rupiah, gejolak konflik ini juga berefek pada harga emas dan minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Dolar AS Semakin Menguat, Nilai Tukar Rupiah Capai Rp 16.301

18 hari lalu

Dolar AS Semakin Menguat, Nilai Tukar Rupiah Capai Rp 16.301

Nilai tukar dolar Singapura terhadap rupiah malah cenderung lebih turun yakni Rp 11.854

Baca Selengkapnya

Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

18 hari lalu

Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

Harga minyak dunia cenderung naik gara-gara konflik Iran - Israel dan penguatna dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia.

Baca Selengkapnya