Perbankan Sebut Virus Corona Gerus Permintaan Kredit Dunia Usaha

Rabu, 4 Maret 2020 11:04 WIB

Pegawai bank menghitung uang dolar Amerika Serikat pecahan 100 dolar dan uang rupiah pecahan Rp 100 ribu di kantor pusat Bank Mandiri, Jakarta, Senin, 20 Agustus 2018. Nilai tukar rupiah, yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore, 20 Agustus 2018, bergerak melemah 20 poin ke level Rp 14.592 dibanding sebelumnya Rp 14.572 per dolar Amerika. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Upaya perbankan untuk menggenjot pertumbuhan kredit di awal tahun ini kian menantang. Perluasan penyebaran infeksi virus Corona (COVID19) hingga ke Indonesia yang terkonfirmasi awal pekan ini, diproyeksi akan semakin menggerus permintaan kredit dunia usaha.

“Saat ini semua bisnis sudah terdampak Corona baik secara langsung maupun tidak langsung, karena pada dasarnya bisnis itu saling saling terkait,” ujar Presiden Direktur PT Bank Mayapada International Tbk, Hariyono Tjahjarijadi kepada Tempo, Selasa 3 Maret 2020.

Bank Indonesia selaku otoritas moneter pun sebelumnya telah memitigasi pelemahan perekonomian domestik, dengan menerbitkan serangkaian paket kebijakan. Beberapa di antaranya ditujukan untuk tetap memacu kinerja intermediasi perbankan, di tengah merebaknya kasus Corona secara global.

Kebijakan yang dimaksud adalah penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia 7 Days Reverse Repo Rate ke level 4,75 persen, juga pelonggaran rasio Giro Wajib Minimum (GWM) valuta asing dan rupiah.

“Ini sudah baik, namun ini tidak cukup membuat dunia usaha kembali bergairah kalau hanya BI saja yang merelaksasi,” kata Hariyono. Menurut dia, dalam upaya mengatasi risiko dampak Corona dibutuhkan sinergi kebijakan bank sentral dengan regulator lainnya, termasuk kebijakan fiskal. “Likuiditas dan suku bunga bukan satu-satunya yang bisa meningkatkan permintaan kredit.”

Advertising
Advertising

Ke depan, perbankan akan terus mewaspadai seberapa besar pengaruh Corona terhadap penurunan kredit secara keseluruhan. “Kami memproyeksikan kredit di 2020 akan berada di kisaran 7-8 persen,” ujarnya. Proyeksi ini lebih rendah dari sebelumnya di kisaran 10-12 persen.

Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Royke Tumilaar mengatakan dampak pelonggaran kebijakan moneter, seperti penurunan rasio GWM rerata valuta asing menjadi 4 persen akan menambah likuiditas perbankan sekitar US$ 3,2 miliar. “Ini akan membantu perbankan untuk melakukan kegiatan operasional dan memenuhi kebutuhan valuta asing nasabah,” ucap Royke.

Sedangkan, penurunan GWM rerata rupiah menjadi 5 persen akan membantu likuiditas perbankan mengantisipasi kebutuhan Ramadan dan Idul Fitri, juga musim pembayaran dividen di triwulan II 2020.

Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Ryan Kiryanto berujar agar serangkaian pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral itu berjalan efektif, maka perlu segera diperkuat dengan kebijakan fiskal yang juga akomodatif atau countercyclical. “Bola kini ada di pelaku usaha, apakah mereka terpacu untuk ekspansi atau tidak di tengah perlambatan ekonomi global dan domestik,” kata dia.

<!--more-->

Sementara itu, stimulus juga diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengantisipasi pelemahan performa debitur dalam membayar kewajiban kreditnya, akibat terdampak Corona. Stimulus tersebut berupa kebijakan pelonggaran perhitungan kolektabilitas debitur dari sektor yang terdampak Corona, dari tiga pilar menjadi hanya satu pilar, untuk pinjaman dengan plafon sampai dengan Rp 10 miliar.

“Restrukturisasi bisa jadi lancar dari kurang lancar untuk debitur yang terdampak,” ujar juru bicara OJK, Sekar Putih.

Direktur Utama PT Bank Mayora, Irfanto Oeij mengatakan ihwal kelonggaran kolektabilitas kredit tersebut, perlu dilihat secara mendalam sesuai dengan kondisi masing-masing bank. “Di kami sendiri belum berpengaruh signifikan, karena baru satu debitur yang mengajukan rescheduling terkait dengan usahanya yang terpengaruh kejadian virus Corona,” kata Irfanto.

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan secara umum terdapat beberapa sektor ekonomi yang rentan terkena dampak Corona. Sektor tersebut di antaranya adalah transportasi, akomodasi, manufaktur, perdagangan, pertanian, dan pertambangan.

“Hal ini seiring dengan konektivitas sektor itu dengan negara yang berdampak paling signifikan yaitu Cina,” ujarnya. Menurut Josua, relaksasi yang diberikan OJK diharapkan dapat mengantisipasi terjadinya lonjakan rasio kredit macet (NPL) perbankan.

Berita terkait

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

3 hari lalu

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mendorong lembaga keuangan penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memprioritaskan kalangan difabel.

Baca Selengkapnya

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

4 hari lalu

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

PT Chandra Asri Pacific Tbk. (Chandra Asri Group) meraih pendapatan bersih US$ 472 juta per kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

5 hari lalu

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

PT Bank OCBC NISP Tbk. mencetak laba bersih yang naik 13 persen secara tahunan (year on year/YoY) menjadi sebesar Rp 1,17 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

5 hari lalu

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

6 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

6 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

6 hari lalu

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia buka suara soal dominasi penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing ke sektor hilirisasi di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

7 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

7 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

10 hari lalu

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

BTN mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 7,4 persen menjadi Rp 860 miliar pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya