Ketimbang Utang ke Luar Negeri, Kemenkeu Ajak Masyarakat Beli SBN

Reporter

Eko Wahyudi

Sabtu, 29 Februari 2020 17:30 WIB

Direktur Jenderal Pengelolaan dan Pembiayaan Risiko Kementerian Keuanan Luky Alfirman saat meluncurkan surat utang berharga negara (SBN) syariah seri Sukuk Tabungn ST-003 di Restoran Bunga Rampai, Jakarta Pusat, Jumat 1 Februari 2019. TEMPO/Dias Prasongko

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Luky Alfirman mengatakan realisasi belanja Indonesia setiap tahunnya selalu defisit. Untuk menutupi kekurangan anggaran belanja, pemerintah akan meminjam uang kepada investor luar negeri atau menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN).

"Dari pada kita pinjam uang dari luar atau investor yang besar, kenapa enggak masyarakat ikut berpartisipasi (dengan membeli SBN). Nah itu yang kami lakukan," kata dia si kawasan Senayan, Jakarta, Sabtu 29 Februari 2020.

Menurut catatan Kementerian Keuangan, pada 2019 pendapatan negara Rp 1.957 triliun. Sedangkan realiasi belanja pada tahun tersebut mencapai Rp 2.310 triliun. Oleh karena itu, kata Luky, pemerintah menerbitkan SBN untuk menutupi defisit anggaran agar program yang direncanakan tetap bisa berjalan dengan lancar.

Luky mengatakan, saat ini pemerintah mempunyai dua jenis SBN yakni konvensional dan syariah atau sukuk. Kementerian Keuangan juga menerbitkan surat utang negara dalam bentuk berbagai macam mata uang seperti dolar Amerika Serikat, Yen, dan Euro.

"Kami juga menerbitkan Global sukuk yang bersifat green jadi sukuk kami dalam mata uang US dolar yang berbasis pada proyek-proyek yang berbasis lingkungan," ujarnya.

Luky menuturkan, guna memperluas basis investor domestik, Kementerian Keuangan menerbitkan SBN dengan nominal yang bisa dijangkau masyarakat. "Nah itulah kenapa kita menerbitkan sukuk ritel," tuturnya.

Dia menjelaskan, bahwa dana yang terkumpul dari SBN, nantinya akan digunakan untuk program-program pembangunan pemerintah, seperti pembuatan infrastruktur, pendidikan dan masih banyak yang lainnya.

Luky mengatakan, masyarakat yang berinvestasi di SBN itu dijamin pemerintah. Sehingga instrumen ini sangat aman untuk ke depannya. Berbeda dengan saham yang selalu berfluktuasi mengikuti pasar. Namun Kementerian Keuangan tak memaksakan masyarakat, hal itu tergantung dari preferensi investasi setiap individu.

EKO WAHYUDI

Berita terkait

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

3 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

5 hari lalu

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sedang menjadi sorotan publik karena sejumlah kasus dan disebut tukang palak. Berapa pendapatan pegawai Bea Cukai?

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

9 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

10 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

10 hari lalu

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

Direktur Ideas menanggapi rencana Presiden Jokowi membahas program yang diusung Prabowo-Gibran dalam RAPBN 2025.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

10 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

10 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

11 hari lalu

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

Pemerintah meraup Rp 5,925 triliun dari pelelangan tujuh seri SBSN tambahan.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

12 hari lalu

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

Kemenkeu merespons soal kenaikan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2025.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

12 hari lalu

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya