Kemenkeu Kaji Dampak Cukai Baru ke Laju Inflasi

Reporter

Caesar Akbar

Editor

Rahma Tri

Kamis, 20 Februari 2020 15:57 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat mengikuti rapat kerja (raker) dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 2 Juli 2019. Rapat kerja tersebut membahas kinerja Kemenkeu dan fakta APBN, penambahan barang kena cukai berupa kantong plastik, perubahan PP No 14/2018 tentang kepemilikan asing pada perusahaan perasuransian, serta pajak hasil pertanian. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan kementeriannya masih mengkaji imbas pengenaan cukai untuk beberapa produk, salah satunya minuman berpemanis, terhadap angka inflasi nasional. "Masih kami kaji, nanti kami sampaikan," ujar dia di Kantor Badan Pemeriksa Keuangan, Jakarta, Kamis, 20 Februari 2020.

Menurut Suahasil, beberapa barang di perekonomian memang memiliki dampak negatif atau eksternalitas negatif. Karena itu, ia mengatakan berdasarkan Undang-undang barang-barang yang memiliki eksternalitas negatif, peredaran konsumsinya perlu diawasi dan boleh dikenakan cukai.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati resmi mengusulkan tiga tarif cukai baru ke DPR, yaitu cukai kantong plastik, cukai minuman bergula, dan cukai emisi kendaraan. Dengan usulan ini, Sri Mulyani mengincar penerimaan negara hingga triliunan rupiah, sembari mengendalikan konsumsi ketiganya di masyarakat.

Pertama cukai kantong plastik. Saat ini, konsumsi kantong plastik atau kresek Indonesia mencapai 107 juta kilogram (kg). Dengan usulan tarif cukai Rp 30 ribu per kg, maka konsumsi kantong plastik ditargetkan turun jadi 53 ribu kg.

“Potensi penerimaannya Rp 1,6 triliun,” kata Sri Mulyani dalam rapat bersama Komisi Keuangan DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu, 19 Februari 2020.

Usulan cukai plastik ini sebenarnya telah disampaikan Sri Mulyani sejak tahun lalu. Tujuannya untuk mengendalikan konsumsi kantong plastik yang menyumbang pencemaran lingkungan. Tapi sampai kini, usulan ini belum disetujui DPR.

Selanjutnya adalah cukai minuman bergula. Sri Mulyani mengusulkan tarif cukai Rp 1.500 - Rp 2.500 per liter untuk minuman teh kemasan hingga minuman bersoda. Tujuannya untuk mengendalikan konsumsi gula di tengah tingginya angka diabetes di Indonesia.

Saat ini, minuman jenis ini diproduksi dengan jumlah 747 juta liter hingga 2.191 juta liter. Dengan jumlah produksi ini, maka potensi penerimaan negaranya mencapai Rp 6,25 triliun.

Terakhir yaitu cukai emisi COs pada kendaraan bermotor. Tujuannya untuk mengendalikan emisi yang mengakibatkan polusi udara. Dengan usulan ini, potensi penerimaan negaranya mencapai Rp 15,7 triliun.

CAESAR AKBAR | FAJAR PEBRIANTO

Berita terkait

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

1 hari lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

2 hari lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

2 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

3 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

3 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

3 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

3 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Akhir-akhir Ini Jadi Sorotan, Apa Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai?

4 hari lalu

Akhir-akhir Ini Jadi Sorotan, Apa Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai?

Banyak masyarakat yang mempertanyaan fungsi dan tugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai lantaran beberapa kasus belakangan ini.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

5 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

9 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya