Usul Indef Agar Industri Pengolahan Meningkat

Reporter

Antara

Jumat, 7 Februari 2020 03:08 WIB

kelapa Sawit

TEMPO.CO, Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance/INDEF menyarankan pemerintah mengoptimalkan komoditas kelapa sawit dan karet agar industri pengolahan pada 2020 dapat meningkat.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho mengatakan kelapa sawit dan karet merupakan dua komoditas yang berperan besar dalam industri pengolahan. “Selama industri karet dan sawit kita tidak diperbaiki maka selama itu juga kita tidak dapat mengharapkan industri yang selayaknya,” katanya di Jakarta, Kamis, 6 Februari 2020.

Andry menuturkan untuk saat ini kedua komoditas tersebut dari segi ekspor maupun permintaan domestik sedang tertekan sehingga realisasi industri pengolahan pada 2019 tertekan.

“Industri terbesar kita mengandalkan sawit dan karet tapi komoditas itu untuk saat ini dari segi ekspor dan permintaan domestik tidak besar,” ujarnya.

Ia menyebutkan jika pemerintah dapat mengoptimalkan komoditas kelapa sawit dan karet maka pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5 persen hingga 5,5 persen.

“Kita bisa tumbuh 5 persen-5,5 persen kalau industri sawit dan karet dioptimalkan tapi yang menjadi masalah bagi kita karena struktur terbesar dari industri pengolahan itu tidak baik,” katanya.

Andry menjelaskan untuk kelapa sawit pemerintah dapat memperbaiki hilirisasi industrinya karena selama ini hanya mengandalkan B20 dan B30 padahal itu tidak cukup.

“Sawit itu kita harus melihat hilirisasi di dalam negeri itu bagaimana. Selama ini kan hanya mengandalkan B20 dan B30 dan itu tidak cukup menurut saya,” ujarnya.

Menurutnya, harus ada integrasi hilirisasi industri kelapa sawit dalam negeri maupun yang berorientasi pada ekspor meskipun terdapat kendala seperti adanya banned dari Eropa terhadap minyak sawit mentah (CPO) Indonesia.

“Kita tidak bisa mengandalkan ekspor CPO saja karena Eropa sudah melarang kita dan India yang juga memberikan bea masuk lebih besar daripada Malaysia. Ini menjadi kendala kita saat ini,” katanya.

Oleh sebab itu, ia menyarankan pemerintah agar melakukan negosiasi dengan Eropa untuk membahas upaya ritelisasi sebab itu merupakan salah satu strategi agar industri pengolahan maupun manufaktur dapat meningkat.

“Selama hal itu tidak bisa disinergikan maka sampai ke depannya industri manufaktur dan pengolahan akan tumbuh seperti ini malah lebih rendah dari saat ini,” ujarnya.

Sementara itu, Andry mengatakan untuk komoditas karet yang perlu diperbaiki oleh pemerintah adalah terkait harganya yang tidak kompetitif dan hilirisasi industri dalam negeri yang tidak besar.

“Kalau investasi kita diarahkan pada dua sektor tersebut saya rasa industri manufaktur lebih tinggi pertumbuhannya daripada tahun lalu,” ujarnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perlambatan industri pengolahan sepanjang 2019 telah memberikan kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,02 persen.

Industri pengolahan pada 2019 masing-masing tercatat tumbuh 3,85 persen di triwulan I, tumbuh 3,54 persen di triwulan II, tumbuh 4,14 persen di triwulan III dan tumbuh 3,66 persen di triwulan IV.

ANTARA

Berita terkait

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

18 jam lalu

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Polda Metro Jaya Gelar Olah TKP Industri Rumahan Narkoba di Sentul Hari Ini

1 hari lalu

Polda Metro Jaya Gelar Olah TKP Industri Rumahan Narkoba di Sentul Hari Ini

Rumah yang menjadi tempat industri narkoba ini terdiri atas dua lantai, dengan cat berwarna kuning keemasan.

Baca Selengkapnya

Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

6 hari lalu

Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

Pemerintah RI membahas langkah strategis mengurangi emisi karbon sektor industri di ajang pameran global Hannover Messe 2024 Jerman.

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

9 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

10 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Pupuk Kujang Kembangkan Produksi Es Kering

14 hari lalu

Pupuk Kujang Kembangkan Produksi Es Kering

Pupuk Kujang menambah lini produk non pupuk dengan meresmikan pabrik dry ice atau es kering memanfaatkan produksi pabrik CO2 cair.

Baca Selengkapnya

Impor Dibatasi, Pengusaha Tekstil: Meski Belum Signifikan, Tren Kinerja Industri TPT Mulai Positif

19 hari lalu

Impor Dibatasi, Pengusaha Tekstil: Meski Belum Signifikan, Tren Kinerja Industri TPT Mulai Positif

Asosiasi Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) mengungkapkan dampak kebijakan pembatasan impor yang diterapkan oleh pemerintah.

Baca Selengkapnya

CIPS Nilai Aturan Pembatasan Impor Berpotensi Lemahkan Daya Saing Produk Dalam Negeri

24 hari lalu

CIPS Nilai Aturan Pembatasan Impor Berpotensi Lemahkan Daya Saing Produk Dalam Negeri

Dengan aturan ini, dokumen lartas yang sebelumnya hanya berupa laporan survey (LS) kini bertambah menjadi LS dan Persetujuan Impor.

Baca Selengkapnya

Bos Tokopedia Dukung Usulan Teten Soal Pengaturan Harga Produk di E-commerce

28 hari lalu

Bos Tokopedia Dukung Usulan Teten Soal Pengaturan Harga Produk di E-commerce

Tokopedia menyatakan bersedia bekerja sama dan membantu penerapan aturan.

Baca Selengkapnya

Zulhas Musnahkan 11 Jenis Barang Impor Ilegal Senilai Rp 9,3 Miliar, Apa Saja?

34 hari lalu

Zulhas Musnahkan 11 Jenis Barang Impor Ilegal Senilai Rp 9,3 Miliar, Apa Saja?

Zulhas memimpin pemusnahan barang impor ilegal yang didapat dari pengawasan post border. Adapun total nominal barang itu mencapai Rp 9,3 miliar.

Baca Selengkapnya