Aktivis: Sektor Keuangan Langgengkan Krisis Karhutla Indonesia

Editor

Rahma Tri

Rabu, 11 Desember 2019 22:25 WIB

Satgas Karhutla dari TNI, Polri bersama relawan pemadam kebakaran berupaya memadamkan kebakaran lahan yang menjalar ke tumpukkan ban bekas di Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Selasa 22 Oktober 2019. Kencangnya angin serta sulitnya sumber air di lokasi lahan terbakar membuat api cepat meluas hingga menjalar ke tumpukkan ban bekas yang mengakibatkan asap hitam pekat membumbung tinggi dan menyulitkan petugas untuk memadamkan kebakaran tersebut. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah aktivis lingkungan yang bergabung dalam Rainforest Action Network (RAN), TuK Indonesia, Jikalahari, WALHI dan Profundo menganggap sektor keuangan telah berperan dalam melanggengkan krisis kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia. Peran ini diberikan lewat kucuran kredit dengan jumlah besar terhadap perusahaan pemicu kebakaran hutan.

Perwakilan Jikalahari, Made Ali, mengatakan, kebakaran hutan di Indonesia tidak akan pernah bisa selesai selama masih ada bank-bank yang mendanai korporasi pembakar hutan. Upaya pemerintah untuk mengatasi permasalahan kebakaran hutan lewat penegakan hukum dan sanksi perdata maupun pidana pun jadi terkesan sia-sia.

“Ini seperti terus menyiram bensin ke api. Beberapa perusahaan secara terorganisir menggunakan api dengan sengaja untuk membuka lahan gambut yang mudah terbakar jadi kebakaran terus terjadi. Tapi tidak ada yang bisa membuat mereka mengubah cara mereka beroperasi karena masih ada yang menyuntikkan dana,” kata Made, Rabu, 11 Desember 2019.

Ia menyebut, grup perusahaan yang terlibat dalam karhutla tahun 2019 telah menerima Rp262 triliun dari sektor keuangan. Dana itu baik dalam bentuk utang dan penjaminan sejak 2015. Tak hanya dari dalam negeri, kata Made, perusahaan pemicu karhutla ini juga mendapat suntikan dana Cina, Taiwan, Singapura dan Jepang.

Menanggapi hal ini perwakilan dari WALHI Indonesia, Wahyu Perdana berharap agar bank-bank tersebut bisa ikut mendorong perbaikan tata kelola dan perkebunan. “Sebagai sumber keuangan, bank-bank ini seharusnya mewajibkan klien mereka untuk patuh terhadap seluruh peraturan perundang-undangan,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Peraturan yang dimaksud termasuk tunduk pada regulasi terkait restorasi gambut yang berarti tidak ada toleransi bagi perusahaan yang terbukti membakar gambut untuk membuka lahan, dan akhirnya memicu karhutla.

MONICHA YUNIARTI SUKU

Berita terkait

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

2 hari lalu

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mendorong lembaga keuangan penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memprioritaskan kalangan difabel.

Baca Selengkapnya

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

2 hari lalu

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

PT Chandra Asri Pacific Tbk. (Chandra Asri Group) meraih pendapatan bersih US$ 472 juta per kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

3 hari lalu

OCBC NISP Cetak Laba Bersih Rp 1,17 Triliun di kuartal I 2024

PT Bank OCBC NISP Tbk. mencetak laba bersih yang naik 13 persen secara tahunan (year on year/YoY) menjadi sebesar Rp 1,17 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

3 hari lalu

Realisasi Kredit Bank Mandiri Kuartal I 2024 Tembus Rp 1.435 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. telah menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

4 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

4 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

5 hari lalu

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia buka suara soal dominasi penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing ke sektor hilirisasi di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

5 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

5 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

8 hari lalu

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

BTN mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 7,4 persen menjadi Rp 860 miliar pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya