Industri Makanan Minuman Lesu, Pengusaha Mengeluh Soal Regulasi

Reporter

Eko Wahyudi

Senin, 11 November 2019 22:11 WIB

Anggota Satreskrim memeriksa sejumlah makanan saat razia makanan kedalurwarsa di salah satu pusat perbelanjaan di Kudus, Jawa Tengah, 31 Maret 2018. Razia ini juga mengantisipasi beredarnya makanan dan minuman kemasan yang rusak dan telah melewati batas kedaluwarsa. ANTARA/Yusuf Nugroho

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengeluhkan banyaknya hambatan guna mencapai target pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin) pada tahun ini pada angka 9 persen. Salah satunya terkait regulasi di Indonesia yang dirasa kurang kompetitif jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.

"Ini yang harus kita harus akui bagaimana kita memperbaiki daya saing kita. Salah satunya adalah terkait regulasi, makanya Presiden (Joko Widodo) minta memperbaiki regulasi yang menghambat. Karena bagaimanapun regulasi ini sangat menghambat dan kemudian menjadi biaya ujung-ujungnya," kata dia di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin, 11 November 2019.

Kemudian yang kedua terkait logistik, Adhi mengatakan, di Indonesia sendiri untuk biaya pengiriman dari satu ke kota lainnya masih sangat mahal. Jadi dirinya mengaku membutuhkan uang lebih guna mengirim barangnya. "Kita butuh biaya yang cukup besar soal biaya logistik," ucapnya.

Ketiga Adhi mengungkapkan, soal kenaikan upah minimum provinsi (UMP) yang menurutnya salah satu hambatan dalam meningkatkan produksi industri industri makanan dan minuman. Karena jika dibandingkan dengan peningkatan upah di negara Asean lain, Indonesia terbilang tinggi. "Bahkan beberapa negara tidak naik sama sekali setiap tahunnya," ungkap dia.

Ia mengatakan, sebelum menaikan UMP berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi, tapi harus berpatokan dari produktivitas pekerjanya agar biaya produksinya lebih murah, sehingga bisa mendorong semua sektor. Sehingga Adhi menambahkan, harus adanya perubahan yang mendasar, agar tidak tertinggal dengan negara lain.

Advertising
Advertising

"Pelaku usaha setuju pendapatan meningkat karena kalau pendapatan meningkat bisa untuk beli produk Indonesia, otomatis ekonomi bergulir. Itulah yang harus dipikirkan tapi dengan catatan produktivitas meningkat," tuturnya.

Tapi jika pendapatan warga Indonesia menurun, Adhi berujar akan berdampak pada pembelian yang melambat, karena mereka akan selektif dalam berbelanja, yang menurutnya akan menjadi masalah.

Jadi ia berharap untuk kementerian yang baru ini sudah mulai bekerja, agar dampaknya bisa terasa semakin baik dengan peningkatan industri makanan dan minuman. Sehingga, Adhi menuturkan, bisa mengejar target 9 persen, walaupun itu berat.

"Tahun ini saya masih berharap meskipun berat ya, target Kemenperin kan 9 persen untuk makanan minuman. Sekarang 8,3 persen (kuartal tiga) mudah-mudahan di akhir tahun ini bisa mengejar," katanya.

Berita terkait

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

8 hari lalu

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menyatakan impor untuk komoditas bahan baku plastik kini tidak memerlukan pertimbangan teknis lagi.

Baca Selengkapnya

Intip Spesifikasi Samsung Galaxy A35 5G, Meluncur Pertengahan Maret 2024

54 hari lalu

Intip Spesifikasi Samsung Galaxy A35 5G, Meluncur Pertengahan Maret 2024

Spesifikasi Samsung Galaxy A35 5G mulai dipromosikan. Gawai ini termasuk kelas menengah, namun fiturnya lengkap dan mumpuni.

Baca Selengkapnya

Setelah 4 Tahun Tak Digelar Gaikindo, Ini Hal Menarik di GIICOMVEC 2024

56 hari lalu

Setelah 4 Tahun Tak Digelar Gaikindo, Ini Hal Menarik di GIICOMVEC 2024

Setelah empat tahun vakum, Gaikindo kembali adakan Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle Expo (GIICOMVEC) 2024. Apa yang menarik?

Baca Selengkapnya

TMMIN Terima Penghargaan Lighthouse Industry 2024

21 Februari 2024

TMMIN Terima Penghargaan Lighthouse Industry 2024

TMMIN menerima penghargaan Lighthouse Industry 2024 setelah dianggap berkontribusi dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing industri otomotif.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dorong Peningkatan Ekspor Produk Olahan Makanan dan Buah

23 Januari 2024

Bamsoet Dorong Peningkatan Ekspor Produk Olahan Makanan dan Buah

Bambang Soesatyo, mengungkapkan apresiasi terhadap rencana kerjasama antara PT Banjarnegara Agro Mandiri Sejahtera (PT BAMS) dengan Singapore Food Industry.

Baca Selengkapnya

Cara Cek IMEI iPhone Terdaftar atau Tidak di Kemenperin

17 Januari 2024

Cara Cek IMEI iPhone Terdaftar atau Tidak di Kemenperin

Sekarang, sudah banyak orang yang menjual iPhone bekas. Sebelum membeli, sebaiknya cek IMEI iPhone apakah terdaftar atau tidak.

Baca Selengkapnya

Komisi VII DPR Bakal Panggil PT ITSS dan Kementerian Perindustrian Buntut Insiden Ledakan Tungku Smelter

9 Januari 2024

Komisi VII DPR Bakal Panggil PT ITSS dan Kementerian Perindustrian Buntut Insiden Ledakan Tungku Smelter

Wakil Ketua Komisi VII DPR Eddy Soeparno mengatakan bakal memanggil Kementerian Perindustrian dan PT Indonesia Tsingshan Stainless Stell (ITSS).

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dorong Peningkatan Industri Makanan Minuman

5 Januari 2024

Bamsoet Dorong Peningkatan Industri Makanan Minuman

Bambang Soesatyo mendorong berkembangnya industri makanan dan minuman di tanah air.

Baca Selengkapnya

Kenaikan Harga Gula Dunia Diyakini Tak Ganggu Industri Makanan dan Minuman, Kenapa?

28 Desember 2023

Kenaikan Harga Gula Dunia Diyakini Tak Ganggu Industri Makanan dan Minuman, Kenapa?

Kemenperin memastikan, kenaikan harga gula dunia tidak memengaruhi industri makanan dan minuman di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Indef Sebut Investasi Sektor Industri Pengolahan Berpusat di Pulau Jawa

28 Desember 2023

Indef Sebut Investasi Sektor Industri Pengolahan Berpusat di Pulau Jawa

Ekonom Indef Riza Annisa Pujarama mengatakan ada ketimpangan realisasi investasi di sektor industri pengolahan.

Baca Selengkapnya