Konsumsi Rendah, Pertumbuhan Industri Makanan Minuman Melambat

Senin, 11 November 2019 11:30 WIB

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adinegara memperkirakan sektor industri makanan dan minuman tumbuh di atas 10 persen tahun depan. Sektor ini akan terdorong belanja politik hingga 2019 mendatang. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Pertumbuhan industri makanan dan minuman pada akhir tahun sulit mencapai target 9 persen. Pasalnya, konsumsi konsumen kelas menengah bawah dan bawah yang rendah.

Kementerian Perindustrian (Kemeperin) menyatakan pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin) sepanjang Januari—September hanya tumbuh 7,9 persen. Kementerian menilai tertahannya pertumbuhan industri mamin pada tahun ini disebabkan oleh rendahnya pertumbuhan pada semester I/2019.

“Pelaku industri menahan investasi pada semester I/2019. Alhasil, pertumbuhan pada semester I/2019 rendah. Walaupun pertumbuhan pada kuartal III/2019 sudah kembali bergairah, tapi pertumbuhan pada saat pilpres [pemilihan presiden] terlalu rendah,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim kepada Bisnis, Minggu 10 November 2019.

Rochim berharap agar industri mamin dapat tumbuh 8 persen secara tahunan. Walaupun target tahun ini turun, Rochim mengatakan pertumbuhan tersebut masih lebih tinggi daripada perumbuhan ekonomi nasional dan manufaktur.

Pemerintah berencana menjaga agar pertumbuhan industri main pada tahun depan akan kembali stabil di level 9 persen. Rochim mengatakan pihaknya akan berusaha untuk menjaga ketersediaan bahan baku agar dapat mencapai pertumbuhan tersebut.

Advertising
Advertising

Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman mengatakan berharap produksi industri makanan dan minuman (mamin) maksimal dapat tumbuh 8 persen secara tahunan, lebih rendah dari target sebelumnya yakni sekitar 9 persen.

“Sampai semester satu pertumbuhan industri mamin 7,4 persen. Ini melihat perkembangan akhir-akhir ini, terutama pengaruh pasar global. Ekonomi global makin memburuk, makanya (target terkoreksi),” katanya kepada Bisnis.

Seperti diketahui harga komoditas dan mineral sepanjang tahun ini mengalami tekanan. Adhi berujar hal tersebut berpengaruh besar lantaran konsumen kelas menengah bawa dan bawah menggantungkan pendapatan kepada sektor perkebunan dan pertambangan.

Adhi mengatakan konsumen kelas menengah bawah dan bawah mengalokasikan hingga 70 persen untuk kebutuhan mamin. Namun demikian, konsumen kelas menengah atas dan atas hanya mengalokasikan sekitar 30 persen.

Menurutnya, serapan produk mamin pada konsumen menengah atas dan atas tidak mengalami perubahan. Namun demikian, jumlah konsumsinya tidak bisa dipacu lagi.

Berita terkait

Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

2 hari lalu

Indonesia Bahas Pengurangan Emisi Karbon di Hannover Messe 2024

Pemerintah RI membahas langkah strategis mengurangi emisi karbon sektor industri di ajang pameran global Hannover Messe 2024 Jerman.

Baca Selengkapnya

Pupuk Kujang Kembangkan Produksi Es Kering

10 hari lalu

Pupuk Kujang Kembangkan Produksi Es Kering

Pupuk Kujang menambah lini produk non pupuk dengan meresmikan pabrik dry ice atau es kering memanfaatkan produksi pabrik CO2 cair.

Baca Selengkapnya

Impor Dibatasi, Pengusaha Tekstil: Meski Belum Signifikan, Tren Kinerja Industri TPT Mulai Positif

15 hari lalu

Impor Dibatasi, Pengusaha Tekstil: Meski Belum Signifikan, Tren Kinerja Industri TPT Mulai Positif

Asosiasi Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) mengungkapkan dampak kebijakan pembatasan impor yang diterapkan oleh pemerintah.

Baca Selengkapnya

CIPS Nilai Aturan Pembatasan Impor Berpotensi Lemahkan Daya Saing Produk Dalam Negeri

20 hari lalu

CIPS Nilai Aturan Pembatasan Impor Berpotensi Lemahkan Daya Saing Produk Dalam Negeri

Dengan aturan ini, dokumen lartas yang sebelumnya hanya berupa laporan survey (LS) kini bertambah menjadi LS dan Persetujuan Impor.

Baca Selengkapnya

Bos Tokopedia Dukung Usulan Teten Soal Pengaturan Harga Produk di E-commerce

24 hari lalu

Bos Tokopedia Dukung Usulan Teten Soal Pengaturan Harga Produk di E-commerce

Tokopedia menyatakan bersedia bekerja sama dan membantu penerapan aturan.

Baca Selengkapnya

Zulhas Musnahkan 11 Jenis Barang Impor Ilegal Senilai Rp 9,3 Miliar, Apa Saja?

30 hari lalu

Zulhas Musnahkan 11 Jenis Barang Impor Ilegal Senilai Rp 9,3 Miliar, Apa Saja?

Zulhas memimpin pemusnahan barang impor ilegal yang didapat dari pengawasan post border. Adapun total nominal barang itu mencapai Rp 9,3 miliar.

Baca Selengkapnya

Menteri Teten Masduki: Industri Knalpot Aftermarket Punya Potensi Ekonomi Besar

33 hari lalu

Menteri Teten Masduki: Industri Knalpot Aftermarket Punya Potensi Ekonomi Besar

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyatakan industri knalpot aftermarket punya potensi ekonomi besar.

Baca Selengkapnya

AFPI Jamin Debt Collector Fintech Lending Punya Kode Etik dan Sertifikasi

35 hari lalu

AFPI Jamin Debt Collector Fintech Lending Punya Kode Etik dan Sertifikasi

AFPI menjamin penagih utang dalam industri fintech lending sudah bersertifikat.

Baca Selengkapnya

THR dan Gaji ke-13 ASN Dinilai Tak Efektif Kerek Perekonomian, Ekonom: Perbaiki Upah Pekerja Sektor Industri dan Jasa

37 hari lalu

THR dan Gaji ke-13 ASN Dinilai Tak Efektif Kerek Perekonomian, Ekonom: Perbaiki Upah Pekerja Sektor Industri dan Jasa

Ekonomi CORE Eliza Mardian mengatakan, THR dan gaji ke-13 ASN tak berdampak signifikan bagi perekonomian.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Alasan Jokowi Stop Bansos Beras Juni Tahun Ini, Gibran Klaim Harga Pangan Stabil

42 hari lalu

Terpopuler: Alasan Jokowi Stop Bansos Beras Juni Tahun Ini, Gibran Klaim Harga Pangan Stabil

Terpopuler: Alasan Jokowi Stop stop Bansos beras Juni tahun ini, Gibran klaim bahwa harga pangan mulai stabil.

Baca Selengkapnya