Cara OJK Ubah Paradigma Masyarakat Soal Perbankan

Minggu, 10 November 2019 13:35 WIB

Nurdin Abdullah (kanan) dan Andi Sudirman Sulaiman (kiri) setelah dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, 5 September 2018. TEMPO/Ahmad Faiz

TEMPO.CO, Makassar - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional VI Sulawesi, Maluku, Papua (Sulampua) mendorong bertambahnya Usaha Mikro, Kecil, Menegah (UMKM) yang mendapatkan akses kredit perbankan. Musababnya banyak pelaku usaha yang masih takut jika berurusan dengan jasa keuangan.

Karena itu OJK berupaya mengubah pola pikir dan cara pandang masyarakat terhadap perbankan. “Masyarakat takut ke bank karena kantornya megah, dijaga satpam. Jadi untuk datang ke bank takut, diterima apa enggak,” kata Kepala Otoritas Jasa Keuangan Regional VI Sulampua, Zulmi kepada Tempo pada Jumat malam 8 November 2019.

OJK berusaha mengedukasi masyarakat bersama stakeholder terkait seperti kepala daerah, bank atau lembaga keuangan, dan dinas-dinas. Dengan melibatkan banyak stakeholder, maka mudah mengedukasi masyarakat melalui pendekatan sosialisasi.

Misalnya dinas terkait mendata UMKM baik yang sudah berkembang maupun yang sedang tumbuh. Kemudian dari data itu, OJK mencatat dan memasukkan ke dalam sistem informasi kredit program (SIKP) termasuk jenis usaha, identitasnya dan tempat tinggal pelaku usaha.

Data itu dijadikan dasar perbankan untuk menghubungi masyarakat yang ingin mendapatkan kredit usaha rakyat (KUR). “Kita yang fasilitasi mereka, kita arahkan ke KUR karena bunganya 7 persen per tahun,” ucap dia.

Dia juga berharap industri jasa keuangan sadar bahwa saat ini bukan waktunya lagi menunggu masyarakat mendatangi mereka. Sudah saatnya mereka menjemput bola. Karena itu lembaga keuangan diharapkan turun langsung ke lapangan mendatangi masyarakat.

“Dan yang datang itu tidak pakai dasi, tapi jeans dan sepatu kets. Kita sama-sama mengubah paradigma masyarakat kalau berhubungan dengan lembaga keuangan bukan hal tabu,” tuturnya.

Bagi daerah yang tidak terjangkau bank, OJK memiliki program Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai). Laku Pandai adalah program OJK untuk penyediaan layanan perbankan atau layanan keuangan lainnya melalui kerja sama dengan pihak lain atau agen bank dan didukung dengan penggunaan sarana teknologi informasi. Dengan agen-agen Laku Pandai tersebut, tidak perlu ada kantor lagi di daerah terpencil. Pasalnya agen-agen ini yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. “Kalau ingin nabung dan pinjam modal bisa lewat agen. Nanti agen yang meneruskan ke bank,” ujar Zulmi.

Saat ini, Zulmi mengatakan ada beberapa produk dari UMKM yang bagus. Karena itu OJK berinisiatif memanggil badan standarisasi produk dan kantor pos agar produk UMKM itu bisa diekspor. Apalagi sekarang untuk mengekspor tidak hanya melalui kontainer saja melainkan kantor pos juga bisa.

“Program pemerintah bagaimana produk UMKM bisa ekspor? Jadi kita fasilitasi lagi,” katanya.

Dengan cara-cara tersebut, dia berharap indeks literasi keuangan dan iklusi keuangan di Sulawesi Selatan meningkat. Berdasarkan data OJK, tingkat literasi keuangan Sulawesi Selatan saat ini mencapai 24 persen dan inklusi keuangan 68 persen. Per Agustus 2019 sebanyak Rp 15,6 juta jumlah rekening termasuk tabungan deposito dan kredit dari Rp 9 juta.

“Oleh sebab itu diharapkan tahun depan indeks literasi di Sulsel bisa di posisi 39 persen dan inklusi keuangan menembus 75 persen," kata dia.

Sementara, Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah, berharap perbankan bisa memberikan kemudahan untuk masyarakat dalam mendapatkan modal usaha. Dengan begitu juga bisa membantu percepatan pembangunan di Sulawesi Selatan.

“Kita berharap perbankan mampu berperan lebih untuk mendorong ekonomi di pedesaan,” tutur Nurdin.

Dia mengungkapkan saat ini perkembangan industri jasa keuangan menunjukkan kinerja yang positif. Di mana aset perbankan tumbuh 6,38 persen atau Rp 152,76 triliun. Di antaranya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) 6,04 persen atau Rp 99,55 trilliun, dan pertumbuhan kredit 6,52 persen atau Rp 125,37 triliun.

Menurutnya, penyaluran kredit perbankan telah menyasar pada UMKM sebesar 32,97 persen dari total kredit. Itu sejalan dengan kinerja penyaluran KUR yang realisasinya melampaui target pada tahun 2018, dari Rp5,4 triliun menjadi Rp 6,5 triliun.

“Realisasi KUR per September 2019 juga melebihi target, dari Rp6,63 triliun menjadi Rp 6,80 triliun,” kata dia.

Karena itu, lanjut Nurdin, pemerintah, dunia usaha, dan perbankan harus terus berkolaborasi untuk pembangunan di Sulsel. “Jadi pemerintah hadir untuk memberikan kemudahan semua perizinan.”

DIDIT HARIYADI

Berita terkait

BTN Persilakan Nasabah Tempuh Jalur Hukum atas Kasus Penipuan oleh Mantan Pegawai

1 jam lalu

BTN Persilakan Nasabah Tempuh Jalur Hukum atas Kasus Penipuan oleh Mantan Pegawai

BTN berkomitmen menindak tegas setiap pelanggaran hukum dan tidak akan melindungipegawai yang melakukan penipuan dan penggelapan dana

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Investasi Reksa Dana Saham Tidak Direkomendasikan

4 jam lalu

Ini Alasan Investasi Reksa Dana Saham Tidak Direkomendasikan

Tren harga beberapa saham besar menurun, investasi di reksa dana saham pun terdampak.

Baca Selengkapnya

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

4 hari lalu

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

Kantor BPRS Saka Dana Mulia ditutup untuk umum dan PT BPRS Saka Dana Mulia menghentikan seluruh kegiatan usahanya.

Baca Selengkapnya

Lima Persen BPR dan BPRS Belum Penuhi Modal Inti Minimum

4 hari lalu

Lima Persen BPR dan BPRS Belum Penuhi Modal Inti Minimum

Sebanyak 1.213 BPR dan BPRS telah memenuhi ketentuan modal inti sebesar Rp 6 miliar. Masih ada lima persen yang belum.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

4 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

6 hari lalu

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

PT Bank Tabungan Negara (Persero) atau BTN patuh dan taat hukum yang berlaku di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pinjol Ilegal Makin Marak, Satgas Pasti Beberkan Tiga Pemicunya

6 hari lalu

Pinjol Ilegal Makin Marak, Satgas Pasti Beberkan Tiga Pemicunya

Satgas Pasti khawatir layanan pinjaman dana online atau pinjol baik yang resmi ataupun ilegal berkembang dan digemari masyarakat. Kenapa?

Baca Selengkapnya

Kembangkan Pendanaan UKM, OJK Dorong Pemanfaatan Securities Crowdfunding

8 hari lalu

Kembangkan Pendanaan UKM, OJK Dorong Pemanfaatan Securities Crowdfunding

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) antara lain dengan memanfaatkan securities crowdfunding.

Baca Selengkapnya

Judi Online per April 2024, Polisi Sebut Ada 729 Kasus dan 1.158 Tersangka

8 hari lalu

Judi Online per April 2024, Polisi Sebut Ada 729 Kasus dan 1.158 Tersangka

Pada 2023 terdapat 1.196 kasus judi online dengan jumlah tersangka 1.967, sedangkan di 2024 per April terdapat 792 kasus dan 1.158 tersangka.

Baca Selengkapnya

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

9 hari lalu

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia buka suara soal dominasi penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing ke sektor hilirisasi di Indonesia.

Baca Selengkapnya