Pecah Kongsi, Hubungan Garuda dengan Sriwijaya Dilanjutkan B to B
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Rahma Tri
Kamis, 7 November 2019 11:48 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengumumkan bahwa maskapai Sriwijaya Air tidak lagi menjadi bagian dari grupnya. Dengan demikian, Direktur Perawatan dan Pelayanan Garuda Indonesia Iwan Joeniarto menjelaskan, Sriwijaya akan melanjutkan bisnisnya sendiri.
"Hubungan antara Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Group akan dilanjutkan secara business to business," kata Iwan dalam keterangan tertulis yang beredar, Kamis, 7 November 2019.
Setelah keterangan ini beredar, VP Corporate Secretary Garuda Indonesia Ikhsan Rosan belum mengangkat telepon dari Tempo untuk ditanyai hal tersebut.
Pecah kongsi PT Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia diawali dari tidak akurnya hubungan maskapai milik kelluarga Lie itu dengan dan PT Citilink Indonesia, anak usaha Garuda. Keduanya kembali tidak akur karena adanya sejumlah masalah yang membuat keduanya memutuskan untuk tidak melanjutkan kerja sama operasi.
“Kami merujuk pada status terkini kerja sama manajemen antara Sriwijaya dan Citilink, anak usaha Garuda Indonesia. Karena ada sejumlah masalah di mana kedua pihak belum bisa selesaikan. Dengan berat hati, kami menginformasikan bahwa Sriwijaya melanjutkan bisnisnya sendiri,” kata Iwan.
<!--more-->
Mulanya, Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Air Group menjalin kerja sama operasi seiring dengan kondisi keuangan perusahaan maskapai nasional swasta itu yang tidak mendukung.
Dalam kerja sama itu, konflik antara dua perusahaan bukanlah perkara baru. Sebelumnya, hubungan Garuda dan Sriwijaya pun sempat memanas belum akhirnya memutuskan untuk rujuk kembali di awal Oktober 2019. Keduanya rujuk dengan mempertimbangkan tiga hal, yakni mengedepankan keselamatan, mempertimbangkan kepentingan pelanggan, dan menyelamatkan aset negara.
Saat keduanya berseteru dulu, Sriwijaya Air sempat membatalkan sejumlah penerbangan. Bahkan, Garuda Maintenance Facility atau GMF, anak usaha Garuda Indonesia, mencabut kerja sama untuk perawatan mesin pesawat dan penyediaan suku cadang.
Imbas dari konflik bisnis itu, Sriwijaya Air terpaksa mengandangkan 18 dari 30 pesawat miliknya. Sriwijaya kala itu disebut belum menjalin kerja sama dengan bengkel pesawat yang baru sehingga armada yang dioperasikan terbatas.
Setelah perselisihan dengan Garuda itu, frekuensi penerbangan Sriwijaya pun anjlok dari rata-rata 120 penerbangan per hari menjadi hanya 72 penerbangan saja. Selain membatalkan penerbangan, Sriwijaya juga sempat melakukan perampingan untuk beberapa rute.
CAESAR AKBAR | ANTARA | YOHANES PASKALIS