RI-Cina Mesra, AS Tetap Anggap Indonesia Mitra Penting

Reporter

Fajar Pebrianto

Editor

Rahma Tri

Selasa, 5 November 2019 16:32 WIB

Kapal Perang AS dan Jepang menggelar latihan perang bersama di Laut Cina Selatan di tengah ketegangan perang dagang AS dan CIna pada Jumat, 31 September 2018. Express.co.uk

TEMPO.CO, Bangkok - Pemerintah Amerika Serikat tetap menganggap Indonesia sebagai mitra yang sangat penting bagi negaranya kendati pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi cukup mesra dengan Beijing. Pernyataan tersebut disampaikan pejabat AS, merespons hubungan Indonesia-Cina yang semakin erat, saat negara tirai bambu itu masih terlibat perang dagang dengan Amerika.

“Masih ada banyak peluang dan bisnis bagi pihak swasta di negara seperti Indonesia,” kata Under Secretary for Economic Growth, Energy, and Environment, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Keith Krach dalam konferensi pers di ajang Indo-Pacific Business Forum (IPBF) di Bangkok, Thailand, Senin, 4 November 2019.

Menurut Krach, sejumlah peluang masih terbuka lebih bagi perusahaan Amerika Serikat untuk ambil bagian di Indonesia. Mulai dari sektor energi, pendidikan, hingga sosial.

Saat ditanya apakah Amerika akan membatasi hubungan dengan Indonesia karena terlalu dekat dengan Cina, Krach hanya menjawab secara normatif. “Indonesia bisa menentukan siapa mitra yang mereka inginkan,” kata dia.

Namun, Krach menggarisbawaho, Amerika Serikat sangat menghargai kedaulatan sebuah negara saat berhubungan. Ketika melakukan bisnis dengan perusahaan Amerika, maka yang ingin dicari adalah apa yang terbaik untuk negara mitra. “Jadi tergantung anda ingin berbisnis dengan siapa?” ujarnya,

Advertising
Advertising

Saat ini, Indonesia memang telah tergabung dalam proyek Belt and Road Initiative (BRI), atau yang sebelumnya bernama One Belt One Road Initiative (OBOR). Proyek milik Cina ini memiliki nilai lebih dari US$ 91 miliar atau Rp 1.288 triliun ini.

Dalam proyek ini, Indonesia menjalin 20 kerja sama yang diharapkan akan memberikan keuntungan. Sementara bagi Cina, proyek ini penting untuk membuka keran konektivitas dagang antar-negara di Eropa dan Asia melalui jalur sutra maritim.

Acting Assistant Secretary for South and Central Asian Affairs, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Alice Wells, mengingatkan hal lain seperti, apakah pembangunan tersebut memiliki nilai proyek yang layak, apakah meningkatkan kualitas lingkungan, dan apakah kemampuan untuk membayar pinjaman ke Cina cukup. “Tapi kamu tidak meminta negara lain untuk memilih antara Amerika atau negara lain (sebagai mitra),” kata dia.

Akan tetapi, Alice mengatakan bahwa Amerika memiliki kemampuan yang lebih terkait pembangunan infrastruktur, yang tentunya sesuai dengan standar G20. Amerika ingin menyampaikan pesan bahwa selain Cina, masih ada opsi kerja sama dengan negara lain, termasuk negaranya. “Yang menawarkan negara anda pilihan terhadap pembangunan infrastruktur berkualitas tinggi,” kata dia.

Sementara itu, Deputy Administrator U.S. Agency for International Development (USAID) Bonnie Glick, mengatakan negaranya memiliki perhatian pada seluruh kerja sama yang dilakukan dalam proyek jalur sutera Cina. Akan tetapi, Ia menawarkan opsi alternatif yaitu kerja sama dengan Amerika, maupun negara lain. “Kami tidak bilang, jangan terlibat dengan Cina sama sekali, yang ingin kami katakan adalah masih ada opsi lain di luar sana,” kata dia.

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

12 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

17 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

17 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

18 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

22 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

2 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

2 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya