TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa Indonesia mengalami dua pukulan sepanjang 2019 akibat pelemahan ekonomi dunia. Dua pukulan telak tersebut terjadi akibat harga komoditas yang melemah dan volume perdagangan yang menurun.
Menurut Sri Mulyani, harga komoditas melemah yang dikombinasikan dengan volume menurun itu, diakibatkan oleh permintaan pasar ekspor yang lesu. Hal tersebut berimbas pada kondisi current account deficit (defisit transaksi berjalan) juga menjadi melebar.
"Current Account Deficit itu dipengaruhi destinasi market, dikombinasikan harga yang lemah makanya kita alami dua kali pukulan. Harga lebih rendah, volume turun," kata Sri Mulyani Indrawati saat menggelar rapat bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Selatan, Senin 4 November 2010.
Mengutip International Monetary Fund (IMF), kata Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi tinggal menyisakan angka 3 persen. Angka ini terus direvisi ke bawah dari awal tahun 2018 yang diperkirakan mulai dari angka 3,7 persen.
Pelambatan ekonomi dunia tersebut diikuti dengan pelambatan ekonomi domestik di sejumlah negara maju mulai dari Amerika Serikat (AS), Cina dan juga Jerman. Karena itu, diperkirakan volume perdagangan dunia diperkirakan hanya tinggal menyisakan angka 1,1 persen.
"Pertumbuhan volume perdagangan dunia yang hanya 1,1 persen, ini merupakan pertumbuhan dagang yang paling lemah sejak 10 tahun yang lalu," kata Sri Mulyani.
Selain itu, ke depan, Sri Mulyani juga menyebut bahwa risiko global masih perlu diwaspadai. Salah satunya, terkait perang dagang antara AS dan Cina. Hal ini akan terus meningkatkan ketidakpastian bagi global dan bagi perekonomian domestik.