Perry Warjiyo: Perdagangan Global Mengarah ke Dalam Negeri

Sabtu, 2 November 2019 15:56 WIB

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo ditemui usai memberikan key note speech dalam acara Simposium Asia's Trade and Economic Priorities 2020, di Hotel Fairmont, Jakarta Selatan, Selasa 29 Oktober 2019. Tempo/Dias Prasongko

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan fenomena penyusutan globalisasi yang terjadi saat ini diiringi oleh meroketnya fenomena digitalisasi. Kedua paradigma ini akan berpengaruh pada perkembangan perekonomian nasional ke depan.

"Dinamika ekonomi dan keuangan global yang kita hadapi sekarang adalah diminishing globalization, rising digitalization," kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Seminar Nasional Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) yang digelar di Jakarta, Sabtu, 2 November 2019.

Perry menjelaskan, pada saat ini terjadi penurunan dorongan untuk melakukan globalisasi, tetapi pada saat yang bersamaan adalah ada gerakan akselerasi digitalisasi. Kini ada tendensi perdagangan global lebih mengarah ke dalam negeri, berbeda dengan pemikiran sebelumnya yang lebih mendorong perdagangan dan investasi antarnegara.

Pada saat ini, kata Perry, terjadi antitesis globalisasi yang implikasinya seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan Republik Rakyat Cina. "Ini refleksi antiglobalisasi dari negara-negara maju. mereka tidak bisa bersaing dengan produk-produk murah negara berkembang," katanya.

Untuk itu, menurut Perry, pertanyaan besarnya adalah bagaimana pemangku kepentingan perekonomian nasional bisa tetap relevan. Caranya dengan mencari sumber perekonomian baru yang belum berkembang serta belum digarap dengan baik di dalam negeri.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan sebelumnya menyatakan kebijakan pro-investasi kalau benar-benar dijalankan secara konsisten oleh pemerintah bakal menekan potensi resesi akibat fenomena ketidakpastian global saat ini. "Pemerintah perlu terus meningkatkan kebijakan pro investasi untuk mendorong masuknya foreign direct investment ke dalam negeri," katanya.

Pingkan mengingatkan bahwa Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) merevisi pertumbuhan ekonomi global dari 3,2 persen menjadi 2,9 persen. Sebelumnya hal serupa juga sudah dilakukan oleh dua lembaga keuangan dunia lainnya, yaitu International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia.

Menurut Pingkan, terjadinya revisi pada perkiraan pertumbuhan ekonomi global nampaknya sudah sangat sebagai dampak dari volatilitas keadaan pasar di tengah gejolak ekonomi global. "Ketegangan geopolitik dan beberapa faktor yang disebutkan sebelumnya memang bergerak sangat dinamis pada paruh pertama tahun ini," ujarnya.

Sehingga, kata dia, hal itu membuat badan-badan ekonomi internasional tersebut melakukan proyeksi ulang perdagangan global berdasarkan dengan perkembangan situasi yang ada. "Hal ini pun kian memperkuat premis akan adanya resesi global dalam waktu dekat," katanya.

ANTARA

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

9 jam lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

1 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

1 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Penyaluran Pendanaan AdaKami Rp 4,6 Triliun dalam 4 Bulan

1 hari lalu

Penyaluran Pendanaan AdaKami Rp 4,6 Triliun dalam 4 Bulan

Penyaluran pendanaan AdaKami pada Januari-April 2024 mencapai Rp 4,6 triliun.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

1 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

2 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

2 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

4 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

5 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya